"Yo opo rasane dikerubungi demit sa'alas?" (bagaimana rasanya dikelilingi makhluk halus satu hutan?).
Mbah Buyut masih mengaduk kopinya, memandang Widya yang tampak mulai kembali kesadaranya, "Nyoh, diombe sek" (nih, di minum dulu).
Widya menyesap kopi dari mbah Buyut. Tiba-tiba rasa pahit yang menohok membuat tenggorokan Widya seperti dicekik. Membuat Widya memuntahkanya, begitu banyak muntahan air liur Widya yang keluar. Ia melihat mbah Buyut yang tampak mengangguk, seperti memastikan.
"Koncomu, ngelakoni larangan sing abot, larangan sing gak lumrah gawe menungso, opo maneh bangsa demit" (Temanmu, melakukan pantangan yang tidak bisa diterima manusia, apalagi bangsa halus) kata mbah Buyut sembari geleng kepala.
"Paham ndok" (paham nak)
Widya mengangguk. "Sinden sing digarap, iku ngunu, Sinden kembar. Siji nang cidek kali, siji ne nang enggon sing mok parani wingi bengi" (Sinden yang kamu kerjakan, itu kembar, satu di dekat sungai, satu yang kemarin malam kamu datangi).
"Eroh opo iku sinden?" (tahu kegunaan Sinden?). "mboten mbah" (tidak tahu mbah).
"Sinden ku, enggon adus'e poro penari sak durunge tampil. Nah, Sinden sing cidek kali, gak popo digarap, tapi, sinden sing sijine, ra oleh diparani, opo maneh sampe digawe kelon" (Sinden itu tempat mandinya para penari sebelum tampil. Nah, sinden yang di dekat sungai tidak apa-apa dikerjakan. Tapi sinden yang satunya, tidak boleh didatangi, apalagi dipakai kawin).
"Widya ngerti, sopo sing gok Sinden iku?" (Widya tahu siapa yang ada di sinden itu). Widya diam lama, sebelum mengatakanya. "Ular mbah"
"Nggih. betul" "sing mok delok iku, ulo anak'e Bima karo" (yg kamu lihat itu, adalah anaknya Bima sama). "Ular itu mbah".
Mbah buyut mengangguk. "Iku ngunu, mbah sing kecolongan, Widya mek didadekno Awu awu, ben si mbah ngawasi Widya. Tapi mbah salah, koncomu iku sing ket awal wes diincer karo" (itu, mbah yang kecolongan, Widya cuam di jadikan pengalih perhatian, biar si mbah ngawasi kamu, tapi mbah salah, dari awal,yang diincar sama).
Mbah Buyut diam lama, seperti tidak mau menyebut nama makhluk itu.
"Ngantos, yo nopo mbah, Ayu kale bima saget mbalik?" (lalu bagaimana mbah, apa Ayu sama Bima bisa kembali?)
"Isok isok, sampe balak'e diangkat," kata mbah Buyut. "Balak'e diangkat mbah" (bencananya diangkat) tanya Widya, bingung.
"Bima ambek Ayu wes kelewatan, sak iki, kudu nanggung opo sing dilakoni" (Bima sama Ayu sudah kelewatan, sekarang, dia harus menanggung apa yang dia perbuat).
Artikel Terkait
Erdogan Menentang Finlandia dan Swedia Gabung NATO, AS Singgung Posisi Turki
Baca Kalimat Ini 3 Kali Sehari Kata Syekh Ali Jaber, Rezeki akan Datang Tanpa Disangka dan Dosa Berguguran
Finlandia dan Swedia Mau Masuk NATO, Erdogan Meradang Bicara Organisasi Teroris, AS Ungkit 70 Tahun Lalu
Menikah Setelah Lakukan Zina Lebih Dulu, Bolehkah dalam Islam? Begini Penjelasan Buya Yahya
BSU Gaji 2022 Cair?, Cek Penerima sso.bpjsketenagakerjaan.go.id!
Mau Rezeki Datang Tanpa Harus Kerja Susah Payah? Rutin Kerjakan 4 Amalan Ini Kata Syekh Ali Jaber
Gubernur Sulteng Ingin Guru Tua jadi Pahlawan Nasional: Sosok Pencerah dan Guru Bangsa
Rusia Murka ke NATO Usai Finlandia Umumkan Ingin Gabung, Nasib Berakhir Seperti Ukraina?
Ira Ua Pakai Baju Tahanan, Ini Desakan Publik, Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Kupang Berlanjut
TERBARU! Anjing Pelacak Temukan Jejak Dokter Faisal Diangkut Mobil, Kemana Dibawa?