Cerita Asli KKN di Desa Penari versi Widya, Lebih Horor dan Lengkap dari Thread SimpleMan

photo author
- Minggu, 15 Mei 2022 | 13:34 WIB
Film Desa KKN Penari  (tangkap layar /Instagram @manojpunjabimd)
Film Desa KKN Penari (tangkap layar /Instagram @manojpunjabimd)

namun, motor Wahyu benar-benar mereka betulkan, dan mereka tulus membantu tanpa meminta apapun. Jadi, apa mungkin, hantu bisa membetulkan motor.

Satu yang coba Widya yakini, mungkin mereka tidak melihat kampung tadi saja, yang terpenting, di jalan setapak ini.

Desa KKN mereka sudah semakin dekat, sesampainya di kampung, Wahyu pergi mengembalikan motor, sedangkan Widya sudah di tunggu oleh semua anak, mereka khawatir, berdiri menunggu di teras rumah.

"Tekan ndi seh?? kok suwe'ne" (darimana sih? kok lama sekali) kata Ayu.

"Tekan Kota, belonjo keperluan kene" (dari kota)(belanja keperluan kita)

Nur membuang muka melihat Widya, sudah biasa, kadang Nur memang seperti itu, setelah dia menceritakan kejadian kemarin. Ia tidak lagi mau membicarakan itu, sekarang, dia sedikit menjauhi Widya dan ia merasakan itu, sangat terasa.

Di suasana tegang itu, hanya Bima yang mencoba mencairkan suasana. "Wes ta lah, kok kaku ngene seh" (sudahlah, kok canggung gini). Bima menggandeng Widya, menyuruhnya masuk rumah, "awakmu pegel kan" (kamu pasti capek kan).

Tidak beberapa lama, Wahyu sudah datang, ia masuk ke rumah tanpa membuang-buang waktu, alih-alih ia istirahat. Wahyu dengan suara menggebu-gebu bercerita kalau baru saja mengalami kejadian tidak mengenakan atas insiden motor, sampai dibantu, orang kampung.

Tidak lupa, ia bercerita tentang penari yang ia temui, kecantikanya, ia ceritakan semua. Bukan sambutan yang Wahyu dapat, tapi tatapan kebingungan lah yang pertama Wahyu lihat.

"Ra onok Deso maneh nang kene" (tidak ada desa lagi disini) kata Bima, Wahyu yang mendengar itu tidak terima. "Eroh tekan ndi awakmu" (tau dari mana kamu).

"Aku wes sering nang kota yu," (aku sudah sering ke Kota Yu). "Prokerku onok hubungane ambek program hasil alam, dadi sering melu nang kota mabek wong-kene" (Prokerku berhubungan sama program hasil alam, jadi sering ikut ke kota sama orang sini). "Sampe sak iki, aku rong eroh onok deso maneh nang kene" (sampai sekarang, aku belum nemuin satu lagi kampung di dekat sini).

"Nopo, mbujuk" (bicara apa, nipu) kata Wahyu geram.

"Mas" kata Nur, "pancen ra onok Deso maneh nang kene, kan wes tau di bahas" (Mas, memang gak ada lagi desa disini, kan sudah pernah di bahas dulu). "Koen kabeh nek ra percoyo, tak dudui bukti, nek aku ketemu wong deso liane" (kalian kalau gak percaya tak kasih bukti kalau ada desa lain di sekitar sini).

Widya yang sedari tadi diam, tiba-tiba ditarik oleh Wahyu. "takono ambek Widya nek ra percoyo" (tanya sama Widya kalau tidak percaya).

Widya masih diam, lama, sementara yang lain menunggu Widya berbicara, hal yang membuat Widya bingung adalah, kopi. Sadar atau tidak, Widya sempat merasakan aroma kopi yang manis itu di jajanan yang ia cicipi, rasanya sama persis.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Situr Wijaya

Sumber: Jurnalnews.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X