Cerita Asli KKN di Desa Penari versi Widya, Lebih Horor dan Lengkap dari Thread SimpleMan

photo author
- Minggu, 15 Mei 2022 | 13:34 WIB
Film Desa KKN Penari  (tangkap layar /Instagram @manojpunjabimd)
Film Desa KKN Penari (tangkap layar /Instagram @manojpunjabimd)

"ojok lali, moco dungo'e sing katah" (jangan lupa doanya yg banyak). "sing paling penting, nek sampeyan krungu suoro ra onok wujud'e, tetep lanjut, bade sampeyan sampe digawe ciloko, nek isok lanjut, lanjut ae, ra usah diurus mas, sampeyan percoyo ae, dungo nggih' (Yang paling penting, jika kalian dengar suara tanpa wujud, tetap lanjut saja). (jika sampai kalian di bikin celaka, lalu kalian masih bisa melanjutkan, lanjutkan saja, jangan pernah berhenti disana, yang penting tidak usah di perdulikan, kalian percaya saja, doanya juga utamakan).

Widya tidak pernah mendengar ada orang yang sampai bercerita dengan mimik wajah yang tegang, bahkan bibirnya gemetar saat menceritakan.

"Kulo dongakno sampeyan sampeyan selamet sampai nang Tujuan"(saya doakan kalian selamat sampai tujuan).

Tepat ketika langit sudah kemerahan, mereka melanjutkan perjalanan. Di belakang, Widya mulai merasakan angin dingin, melewatinya begitu saja. Tidak pernah di sangka, jalan masuk hutan, lebih gelap ketika petang sudah mulai menjelang.

Cahaya motor yang dikendarai Wahyu menembus kegelapan malam, kilasan pohon hutan di samping kiri kanan jalan menjadi pemandangan tak terelakan. Hanya suara motor yang mampu menghidupkan sepi senyap di sepanjang jalan, karena benar saja, tak di temui satupun pengendara lain di sini.

Wahyu mencoba mencairkan suasana dengan berandai-andai bagaimana bila motor mogok atau ban meletus di tengah antara hutan ini sementara belum di temui satupun pengendara yang lewat.

Widya hanya menanggapi kecut, takut bila pengandaian wahyu terjadi pada mereka. Dan benar saja, motor mereka ngadat tepat setelah Wahyu mengatakan itu.

Widya, diam seribu bahasa, hal kurang pintar dari manusia sejak dulu kala adalah memikirkan sesuatu yang buruk di kondisi yang buruk yang bahkan tidak seharusnya mereka lakukan manakala Doa bisa saja di kabulkan sewaktu2.

"Mlaku o disek, ben aku isok nyawang awakmu" (jalan saja dulu, biar aku bisa tetap memantau kamu) kata Wahyu. Sudah tidak tahan mendengar berapa kali kata "Goblok" keluar dari mulut Widya, sepanjang mereka berjalan sendirian menyusuri jalan ini.

Sembari mencoba menstarter motor, entah berapa lama mereka berjalan, dan masih belum ditemui satupun pengendara yang di mintai pertolongan.

Wahyu masih melihat Widya, berjalan sendirian di depan, tak sekalipun wajahnya menengok Wahyu seolah Wahyu sudah melakukan kesalahan paling fatal, yang pernah Wahyu buat, sampai langkah kakinya berhenti.

Widya, menghentikan langkah kakinya, Wahyu yang melihat itu, tiba-tiba merasa ada sesuatu yang salah. Pasti.

"Nek sampek awakmu kesurupan, bener-bener parah awakmu, gak isok ndelok sikonku nyurung montor ket mau" (kalau sampai kamu kesurupan, bener-bener keterlaluan kamu, apa gak bisa lihat kondisiku dari tadi sudah capek dorong motor dari tadi)

Widya melihat Wahyu, mata mereka saling memandang satu sama lain. "Yu, krungu ora?? suara mantenan??" (Yu, dengar tidak? ada suara hajatan??). Bukan mau mengatakan Widya sinting, tapi, Wahyu juga mendengarnya, dan suara itu tidak jauh dari tempat mereka.

"Wid, eleng gak, jare wong dodol cilok, nek onok opo-opo lanjut ae" (Wid, inget gak kata penjual cilok, jangan berhenti walau ada apapun, kita lanjut saja)seperti kata Wahyu, Widya pun melanjutkan perjalanan.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Situr Wijaya

Sumber: Jurnalnews.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X