Cerita Asli KKN di Desa Penari versi Widya, Lebih Horor dan Lengkap dari Thread SimpleMan

photo author
- Minggu, 15 Mei 2022 | 13:34 WIB
Film Desa KKN Penari  (tangkap layar /Instagram @manojpunjabimd)
Film Desa KKN Penari (tangkap layar /Instagram @manojpunjabimd)

Saat itulah, Widya melihat Nur menundukkan kepalanya dengan posisi duduk itu, seakan-akan ia tertidur di atas kursi kayunya. membuat Widya panik dan mendekatinya.

Widya menggoyang badanya, namun Nur tidak bergeming, saat Widya mencoba menyentuh kulit wajahnya yang dingin, Nur terbangun dan melotot melihat Widya.

Tatapanya, seperti orang yang sangat marah. "Cah Ayu" (anak cantik). Hal itulah yang pertama Widya dengar dari Nur. Hanya saja, suaranya, itu bukan suara Nur. Suaranya menyerupai wanita uzur. Melengking, membuat bulu kuduk Widya seketika berdiri.

Namun, saat Widya mencoba pergi, tanganya sudah di cengkram sangat kuat. "Kerasan nak nang kene," (betah tinggal disini).

Widya tidak menjawab sepatah katapun. Suaranya mengingatkanya pada neneknya sendiri, benar-benar melengking.

"Yo opo cah ayu, wes ngertos badarawuhi" (gimana anak cantik, sudah kenal sama penunggu disini)

Widya mulai menangis. "lo lo lo, cah ayu ra oleh nangis, gak apik" (anak cantik gak boleh menangis). Matanya masih melotot, pergelangan tangan Widya dicengkram dengan kuku jari Nur.

"Cah lanang sing ngganteng iku ae wes kenal loh kale Badarawuhi" (anak ganteng itu saja sudah kenal sama dia). "Nur" ucap Widya sembari tidak bisa menahan takutnya lagi. Suasana di ruangan itu benar-benar baru kali ini bisa membuat Widya setakut ini.

"iling Nur iling" (sadar Nur sadar)

Nur tertawa semakin kencang, tertawanya benar-benar menyerupai tertawa yang membuat Widya diam takut. "Awakmu gak ngerti, sopo aku" (kamu gak ngerti siapa aku?).

"Mbok pikir, nek gak onok aku, cah ndablek model koncomu sing gowo Bolo alus nang kene isok nyilokoi putu 'ku, aku, sing jogo Nur sampe sak iki, ra tak umbar, Bolo alus nyedeki putuku. ngerti" (kamu pikir, kalau tidak ada aku, anak nakal seperti temanmu yang sudah membawa penunggu disini bisa mencelakai cucuku, aku yang selama ini sudah menjaganya, tidak akan ku biarkan mereka mendekati cucuku. mengerti). "Yyilokoi nopo to mbah" (mencelakai bagaimana?)

"Cah ayu, kancamu siji bakal ra isok balik. Nek awakmu rong sadar, opo sing bakal kedaden, tak ilingno, cah ganteng iku, bakal gowo ciloko, nyeret kabeh nang petoko nang deso iki" (anak cantik, satu dari temanmu tidak akan bisa kembali, jika kamu belum sadar, semuanya akan terjadi, ingatkan anak itu, yang sedang membawa petaka jika di biarkan semuanya akan kena batunya di desa ini).

Setelah mengatakan itu, Nur teriak keras sekali, lalu jatuh terjerembap. Widya menggotong Nur kembali ke kamarnya, menungguinya sampai ia terbangun dari pingsanya. Dan benar saja, ia tidak tahu kenapa ia bisa tertidur, mungkin terlalu terbawa ketika sholat.

Nur bercerita saat di pondok, kalau sudah kudu menikmati sholatnya, biasanya sampai ketiduran. Entah apa yang Widya pikirkan, sampai tiba-tiba ia bertanya hal yang Nur paling tidak sukai

"Sejak kapan bisa lihat begituan?"

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Situr Wijaya

Sumber: Jurnalnews.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X