Widya keluar dari jalan setapak itu ketika subuh, terlihat dari langit yang kebiruan. Tapi rupanya Widya salah.
Seorang warga desa, kaget bukan main melihat Widya, dia langsung lari sambil berteriak memanggil warga kampung.
"Widya nang kene, iki Widya wes balik" (Widya disini, anaknya sudah kembali)
Bingung, hampir warga berhamburan memeluk Widya. "Mrene ndok, mrene, awakmu sing sabar yo, awakmu kudu siap yo ambek berita iki" (kesini nak, kesini, kamu yang sabar ya, kamu harus siap sama berita yang nanti kamu dengar). Seorang ibu memeluk Widya, di matanya ia seperti menahan nangis.
Widya hanya gaguk, diam, tidak mengerti. Si ibuk menggandeng Widya, Widya masih diam, seperti orang linglung. Di jalan ramai warga desa yang mengikuti Widya. Widya mencuri dengar dari mereka yang bicara di belakang.
"Wes digoleki sampe Alas D********* jebule, maghrib kaet ketemu arek iki, aku wes mikir elek" (sudah di cari sampai ujung *********** gak taunya baru ketemu maghrib anak ini, aku sudah mikir buruk).
Sehari semalam, Widya rupanya sudah menghilang. Ketika Widya melihat rumah penginapan mereka, Widya melihat banyak sekali orang berkumpul di sana, dan saat mata mereka melihat Widya.
Semuanya hampir tercengang tidak habis pikir. seperti melihat hantu. Lalu terlihat dari dalam, pak Prabu keluar. Wajahnya, mengeras melihat Widya, mata pak Prabu mendelik, melihat Widya. "tekan ndi ndok?" (darimana kamu nak).
Widya tidak menjawab apa yang pak Prabu tanyakan. Si ibuk juga menenangkan pak Prabu agar tenang, sembari menggiring Widya masuk ke rumah.
Widya mendengar Nur menjerit, menangis, seperti kesetanan.saat Widya masuk dan melihat apa yang terjadi. Widya melihat ruangan itu dipenuhi orang yang duduk bersila, mereka mengelilingi 2 orang yang terbujur. Tubuhnya ditutup selendang, diikat dengan tali putih, menyerupai kafan.
Wahyu dan Anto menatap kaget saat Widya masuk. "Wid, tekan ndi awakmu?" (darimana kamu Wid?) ucap Nur yang langsung memeluk Widya. "Onok opo iki Nur?" (ada Apa ini Nur)
Nur menutup mulutnya, tidak tau harus memulai dari mana, sampai Wahyu berdiri. "Ayu Wid, Nur lihat Ayu, tiba-tiba terbujur kaku, matanya tidak bisa ditutup.
Widya mendekati Ayu, di sampingnya ada Bima, ia terus menerus menendang-nendang dalam posisi terikat itu, layaknya seseorang yang terserang epilepsi, matanya kosong melihat langit-langit, mereka berdua terbaring tidak berdaya. Sontak Widya ikut menjerit sebelum ada yg menenangkan.
Dari Pawon, mbah Buyut keluar, ia melihat Widya kemudian memanggilnya. "Sini ndok, Mbah jek tas gawe kopi" (sini nak, si mbah baru saja selesai membuat kopi).
Mbah Buyut, duduk di kursi kayu yang ada di pawon. Ia melihat Widya lama, kemudian mengatakanya. "Koncomu wes kelewatan". "Pripun mbah?" (bagaimana mbah?)
Artikel Terkait
Erdogan Menentang Finlandia dan Swedia Gabung NATO, AS Singgung Posisi Turki
Baca Kalimat Ini 3 Kali Sehari Kata Syekh Ali Jaber, Rezeki akan Datang Tanpa Disangka dan Dosa Berguguran
Finlandia dan Swedia Mau Masuk NATO, Erdogan Meradang Bicara Organisasi Teroris, AS Ungkit 70 Tahun Lalu
Menikah Setelah Lakukan Zina Lebih Dulu, Bolehkah dalam Islam? Begini Penjelasan Buya Yahya
BSU Gaji 2022 Cair?, Cek Penerima sso.bpjsketenagakerjaan.go.id!
Mau Rezeki Datang Tanpa Harus Kerja Susah Payah? Rutin Kerjakan 4 Amalan Ini Kata Syekh Ali Jaber
Gubernur Sulteng Ingin Guru Tua jadi Pahlawan Nasional: Sosok Pencerah dan Guru Bangsa
Rusia Murka ke NATO Usai Finlandia Umumkan Ingin Gabung, Nasib Berakhir Seperti Ukraina?
Ira Ua Pakai Baju Tahanan, Ini Desakan Publik, Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Kupang Berlanjut
TERBARU! Anjing Pelacak Temukan Jejak Dokter Faisal Diangkut Mobil, Kemana Dibawa?