Cerita Asli KKN di Desa Penari versi Widya, Lebih Horor dan Lengkap dari Thread SimpleMan

photo author
- Minggu, 15 Mei 2022 | 13:34 WIB
Film Desa KKN Penari  (tangkap layar /Instagram @manojpunjabimd)
Film Desa KKN Penari (tangkap layar /Instagram @manojpunjabimd)

Awalnya, Nur salah tingkah, tidak mau cerita. Sampai ketika Widya menungguinya, Nur mengatakan sejak mondok, ia bisa melihatnya. Karena memang harus "Ghaib itu ada" kata Nur. Sebenarnya, tiap orang ada yang jaga, jenisnya berbeda-beda, ada yang jahat, ada yang baik, ada yang cuma mengikuti, ada yang cuma numpang lewat"

"Awakmu onok sing jogo?" (kamu ada yang jaga?) tanya Widya. "Jarene onok" (katanya ada) ucap Nur, suaranya pelan, seperti tidak mau menjawab.

"Kok jarene" (kok katanya). "Aku ra tau ndelok Wid, aku di kandani kancaku sak durunge metu tekan pondok, jarene, sing jogo aku, wujud'e mbah dok, mbahku biyen). (Aku belum pernah melihatnya langsung, aku di kasih tahu temanku sebelum keluar dari pondok, katanya, wujudnya menyerupai nenekku).

Setelah mendengar itu, Widya hanya mendengar Nur, bercerita tentang pengalamanya selama mondok, namun, Widya lebih memikirkan hal lain.

23 hari sudah dilalui. Setiap hari, perasaan Widya semakin tidak enak, dimulai dari satu persatu warga yang membantu prokernya mulai tidak datang satu persatu. Kabarnya mereka jatuh sakit, anehnya, itu terjadi di proker kelompok mereka, yang berurusan dengan Sinden.

Pernah suatu hari, Widya mendengar secara tidak langsung, kalau ini semua karena Sindenya mengandung kutukan, tapi pak Prabu bersikeras itu mitos, takhayul, sesuatu yang membuat warga desanya ketinggalan jaman.

Namun, satu kali, Widya pernah dikasih tahu warga, bila Sinden ini ada yang jaga.

Katanya, Sinden ini dulu sering digunakan untuk mandi oleh dia. Dia yang dibicarakan ini, tidak pernah disebut warga. Namun yang mencurigakan dari kasus ini adalah, nama Sinden ini, adalah Sinden kembar.

Sinden kembar. Widya selalu mengulangi kalimat itu. Sinden kembar, membuat Widya semakin penasaran.

Alasan kenapa pak Prabu memasukkan ini menjadi proker adalah, agar air sungai dapat dialirkan ke Sinden ini, sehingga warga tidak perlu lagi jauh-jauh mengambil air ke sungai yang tanahnya terjal, namun, seperti ada yang ganjil.

Malam itu, Ayu mengumpulkan semua anak, perihal masalah yang mereka hadapi, hampir setengah warga yang membantu proker mereka tidak mau melanjutkan pekerjaanya. Alasanya bermacam-macam, sibuk berkebun sampai badanya sakit semua. Dari semua anak yang punya usul, hanya Bima yang tidak seantusias yang lain.

Di malam itu juga, Widya ingat yang dikatakan Wahyu, setiap malam, Bima pergi keluar rumah, entah apa yang dilakukanya.

Widya, sengaja begadang hanya untuk memastikan, dan ternyata benar, malam itu Bima pergi keluar rumah. Widya masuk ke kamar Bima, di sana ada Wahyu sama Anto, yang pertama Widya lakukan, membangunkan Wahyu. Meski enggan, Widya terus memaksanya, setelah Wahyu benar-benar terjaga, Widya memberitahu kalau Bima baru saja keluar.

Wahyu hanya menatap Widya keheranan, "Aku lak wes tau ngomong su" (aku kan sudah pernah bilang jing).

"Lha ya, ayo ditutno, nang ndi arek iku" (lha iya, makanya, ayo kita ikuti, kemana anak itu).

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Situr Wijaya

Sumber: Jurnalnews.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X