SORE ITU 30 Juli 2024, saya Tim Jurnalis dan Pengacara dari Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), beranjak meninggalkan Desa Tontowea, Kecamatan Petasia Barat, Kabupaten Morowali Utara (Morut). Sore itu sekitar pukul 16.50.WITA.
Sejumlah warga dari teras rumah berdiri menatap ke arah kendaraan roda empat warna putih yang kami tumpangi. Ada seorang ibu-ibu di tengah, dia disebut dengan Bude.
Air matanya terlihat menetes saat kami dan tim akan meninggalkan Desa Tontowea, kami melihat dia mengusap matanya berkali-kali untuk menyingkirkan air matanya yang terus menetes.
Kami-pun meninggalkan Desa Tontowea, roda kendaraan terus berputar mengantarkan kami menuju ke Ibu Kota Kabupaten tepat di Kolonodale.
Laporan: Situr Wijaya, iNSulteng.id
Pada Sabtu 27 Juli 2024 saya bersama Tim Jurnaslis terdiri dari Marwan, Jefrianto, dan pengacara Hidayat Acil Hakimi SH, menuju ke Desa Tontowea dari Kota Palu.
Misi kami mendampingi masyarakat Desa Tontowea yang lahannya diduga diserobot oleh perusahaan PT SAWIT JAYA ABADI (SJA) 1 yang pada Hari Senin 29 Juli 2024 dimediasi oleh Pemerintah Kabupaten.
Misi kami tak lain mengawal dan mengadvokasi hukum agar perusahaan dengan suka rela mengembalikan lahan masyarakat yang diserobot secara halus dengan motif kemitraan (bagi hasil).
Sebelum kami bergerak ke Morowali Utara, sebelumnya saya sudah berbincang dengan perwakilan masyarakat setempat atas nama Asjuni Saudara, yang menyebutkan bahwa lahan warga Tontowea diserobot secara halus oleh PT Sawit Jaya Abadi (SJA) 1.
Pada kesepakatan yang dibuat tahun 2007 dengan PT SJA 1 dan masyarakat Desa Tontowea sepakat bagi hasil usai warga menyerahkan tanahnya ditanami sawit PT SJA.
Warga mendapat 20 persen hasil dan perusahaan mendapatkan 80 persen hasil sawit itu, kemudian warga dan PT SJA 1 sepakat dengan perjanjian itu.
Namun seiring berjalannya waktu, perusahaan tidak memberikan bagi hasil itu sejak sawit panen produktif tahun 2012. Hingga 2024 tidak ada bagi hasil sama sekali yang diberikan ke warga.
“Di sini sudah terjadi wanprestasi, perusahaan ingkar janji,” tutur Asjuni penuh optimis lahan akan kembali ke warga.
Singkat cerita pada Minggu 29 Juli 2024 pagi kami dan tim akhirnya memsuki Desa Tontowea, disambut hujan rintik dan suasana perdesaan yang sejuk kami tiba di rumah Pak Gito.