iNSulteng - November 2020 Farid Haluti berjuang di ruang isolasi RSUD Luwuk karena terpapar COVID-19. Selama 12 hari, dia harus berjuang menghadapi penyakit tersebut.
Warga Kelurahan Bungin, Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, ini, menceritakan awal mula ia terpapar COVID-19.
"Awalnya memang hanya flu. Saya pikir karena kecapean," katanya, Selasa 25 Mei 2021.
Merasakan gejala itu, Farid langsung memeriksakan diri ke salah satu tempat praktik. Setelah diberi obat, ia merasakan mulai membaik, dan beraktivitas kembali.
Namun tak lama kemudian, Farid tak bisa lagi salat Jumat karena diserang demam tinggi dan kehilangan nafsu makan. Saat itu, ia belum merasakan gejala yang kerap dialami pasien COVID-19 seperti kehilangan penciuman.
“Mungkin (gejala, red) orang lain beda. Kalau saya seperti itu," ucapnya.
Merasa sakitnya cukup parah, ia lantas memeriksakan diri ke salah satu rumah sakit di Kota Luwuk. Setibanya di rumah sakit tersebut, ia langsung melakukan rapid test dan rontgen.
"Hasilnya positif. Jadi saya disarankan langsung ke RSUD Luwuk. Tapi saya memilih pulang ke rumah karena setelah diinfus langsung enakan," jelasnya.
Ketika di rumah, kondisinya makin parah. Dalam semalam demam tinggi, dan nafsu makan hilang. Ketika pagi hari, ia langsung meminta adiknya untuk mengantar langsung ke RSUD Luwuk.
“Saya di rumah sakit masih jalan dan apa-apa masih bisa sendiri sampai ke ruang isolasi," paparnya.
Di hari pertama isolasi, ia langsung menjalani swab. Dua hari berada di ruang isolasi, ia masih beraktivitas seperti biasa. Namun hari ketiga, kondisinya memburuk dan hasil swab memperkuat bahwa ia terinfeksi COVID-19.
“Bukti swab-nya memang tidak diberikan,” katanya.
Baca Juga: Antisipasi Kenaikan Kasus Positif COVID-19, Polisi Perketat Prokes di Pintu Masuk Kabupaten Banggai
Saat itu, ia mengaku merasakan sesak napas dan panas tinggi. Ia tidak bisa melakukan apa selain berbaring.