Melalui inovasi ini menandakan, Rekind mampu melahirkan teknologi yang mengubah limbah perkebunan menjadi nilai tambah dan bisa menjadi tolak ukur bagi pelaku industri di tanah air guna mengembangkan industri bioetanol melalui TKKS.
Bioetanol Generasi II dihasilkan dari limbah perkebunan, yang jumlahnya melimpah dan harganya yang murah, namun belum dimanfaatkan dengan baik.
Merujuk pada data dari Kementrian Perkebunan, komoditas kelapa sawit memiliki jumlah produksi terbesar dengan nilai 45 juta ton pada tahun 2022, di mana limbah TKKS yang dihasilkan setara 9 juta ton.
TKKS ini memiliki kandungan selulosa hingga 40% yang berpotensi untuk dikonversi menjadi bioethanol. Selain itu, TKKS juga mengandung xilosa dan lignin, yang merupakan senyawa kimia (prekursor) yang dibutuhkan dalam produksi berbagai macam produk kimia.
Tentunya, komersialisasi dari teknologi ini akan mendorong pengembangan industri kelapa sawit menuju industri yang berkelanjutan di mana limbah yang dihasilkan akan dimanfaatkan menjadi produk dengan nilai tambah yang tinggi.
“Teknologi ini juga berpotensi menciptakan peluang ekonomi baru bagi para petani dan pengolah, serta mendorong pembangunan pedesaan, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan ekonomi lokal, dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan secara keseluruhan,” terang Yani.***
