Firdaus Oiwobo Ngaku Cucu Sultan Bima, Ini Sejarah dan Asal Usul Kesultanan Bima Nusa Tenggara Barat

photo author
- Sabtu, 8 Maret 2025 | 20:52 WIB
Kesultanan Bima Nusa Tenggara Barat.  (Foto: Istimewa)
Kesultanan Bima Nusa Tenggara Barat. (Foto: Istimewa)

Dilukis oleh Jannes Theodorus Bik pada 1821. Peta Sebaran Utama Suku Mbojo dan Wilayah Utama Kerajaan Bima sampai tahun 1947 Peta Sebaran Utama Suku Mbojo dan Wilayah Utama Kerajaan Bima pada tahun 1947.

Tahun 1947, Sultan Bima mengembalikan Kejenelian Dompu menjadi Kesultanan Dompu Mandiri, sementara Kejenelian Sanggar memilih tetap berada di bawah kepemimpinan Kesultanan Bima.

Pada tahun 1540 Masehi, para mubalig dan pedagang dari Kesultanan Demak datang ke Kerajaan Bima untuk menyiarkan Islam. Penyebaran Islam dilakukan oleh Sunan Prapen, tetapi tidak dilanjutkan setelah Sultan Trenggono wafat pada tahun yang sama.

Pada tahun 1580, penyebaran Islam dilanjutkan oleh para mubalig dan pedagang dari Kesultanan Ternate yang diutus oleh Sultan Baabullah.

Selanjutnya, penyebaran Islam di Kerajaan Bima diteruskan oleh Sultan Alauddin pada tahun 1619. Ia mengirim para mubalig dari Kesultanan Gowa dan Kesultanan Tallo dari Makassar.

Kerajaan Bima akhirnya menjadi kesultanan setelah rajanya yang bernama La Kai menjadi muslim pada tanggal 15 Rabiul Awal tahun 1030 Hijriyah.

Agama Islam kemudian menjadi agama resmi dari para bangsawan dan masyarakat Kerajaan Bima.

Imperium Nusantara Timur Selatan Wilayah Bima saat pertama kali muncul dalam peta pertama Melayu-Portugis tahun 1563, meliputi seluruh Pulau Sumbawa.

Puncak kejayaan Bima terjadi pada abad ke-15, ketika kerajaan ini menguasai seluruh Pulau Sumbawa dan melakukan ekspansi ke luar pulau, termasuk ke Pulau Sumba, Manggarai, Sabu/Sawu, Ende, Larantuka, Komodo, hingga kepulauan Alor di bawah kepemimpinan Tureli Manggampo Bilmana berdasarkan naskah kuno BO Bima yang berisi catatan-catatan aktivitas harian raja-raja Bima.

Wilayah Kekuasaan Kerajaan Bima di Puncak Kejayaannya Pada Abad 15 di Bawah Kepemimpinan Tureli Manggampo Bilmana. Seiring menguatnya pengaruh Bangsa Barat di Nusantara, wilayah kekuasaan Kesultanan Bima perlahan menyusut. Hingga pada abad ke-19 M, hanya menyisakan Pulau Sumbawa bagian timur, Manggarai atau Flores Barat, dan pulau‑pulau kecil di Selat Alas.

Di Pulau Sumbawa, wilayah Kesultanan Bima dibagi menjadi beberapa distrik, tiap distrik dipimpin oleh seorang pemimpin distrik yang disebut Djeneli. Distrik kemudian dibagi lagi menjadi perkampungan-perkampungan yang dipimpin oleh kepala kampung.

Wilayah Kesultanan Bima di Manggarai dibagi menjadi daerah Reo dan daerah Pota. Pemimpin masing-masing distrik bergelar naib yang bertanggung jawab langsung kepada sultan. Para naib ini memimpin para galarang, dan kepala kampung.

Pada tahun 1938, wilayah kekuasaan Kesultanan Bima menyempit akibat perjanjian dengan Gubernur Hindia Belanda. Kesultanan Bima berbatasan dengan Laut Jawa di utara dan Samudera Hindia di selatan. Bagian timur berbatasan dengan Manggarai dan bagian barat berbatasan dengan Dompu.

Pemerintahan Bendera Pa-Nggusu Waru (Persegi delapan) Kerajaan Bima era Siwa-Buda (Hindu-Budha) Bendera Pa-Nggusu Lima (Persegi Lima) Kesultanan Bima era Kesultanan Islam.

Kesultanan Bima menggunakan gelar Ruma kepada para raja dan sultannya. Gelar ini melambangkan bahwa raja/sultan adalah tuan kita; pelindung, kemudian di memasuki era kesultanan, gelar ini dialih artikan sebagai khalifah dan wakil Allah di bumi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Situr Wijaya

Sumber: Wikipedia, Berbagai Sumber

Tags

Rekomendasi

Terkini

7 Keajaiban di Seluruh Dunia, Ini Daftarnya

Kamis, 28 Juli 2022 | 07:48 WIB

5 Ciri Orang Memiliki Khodam Pendamping

Sabtu, 30 April 2022 | 02:46 WIB

6 Ciri Orang yang Dijadikan Tumbal Pesugihan

Sabtu, 30 April 2022 | 02:44 WIB

8 Weton Tibo Rezeki, Tidurpun Dikejar Rezeki

Sabtu, 30 April 2022 | 02:39 WIB
X