Poppy menegaskan, pola asuh sangat memengaruhi sifat pelaku, dikatakan bahwa pelaku pada umur 18 tahun sudah masuk kuliah, perlu dilihat juga, sebelumnya SMP dan SMA-nya dimana, karena itu sangat memengaruhi pola asuhnya. Adalah tidak mungkin jika pelaku belajar dengan benar, di SMP atau SMA bahkan ditempat dia kuliah, mempunyai keinginan melukai orang lain.
Baca Juga: Pesta Meriah Ultah Ameena Tidak Dihadiri Gen Halilintar, Rayyanza Kasih
Apa yang ditonton atau game apa yang dimainkan, juga sangat memengaruhi perilaku pelaku, dicontohkan seorang pemuda yang melakukan penembakan secara brutal di Canada, perbuatannya itu distimulasi karena bermain game. tembak menembak
Terapi secara psikologi harus dilakukan, sejalan masa penahanan pelaku, kalau tidak, akan membawa dampak yang lebih besar lagi kedepannya.
Pola pikirnya harus dinitervensi secara psikologi, sehingga si pelaku dilatih untuk berfikir secara logis, kritis, diajarkan untuk berempati terhadap makhluk atau individu lain.
Baca Juga: Indra Bekti Digugat Cerai Aldila Jelita, Anak-anak sama Bunda
Perilaku brutal itu, juga disebabkan oleh lingkungan sekitarnya, adanya provokasi pacar dan rekan korban, bahkan ada teriakan-teriakan dari sekelilingnya, makin menstimulasi pelaku semakin arogan dan emosinya tidak terkendali.
Ketika ditanya bagaimana seharusnya orang tua yang mempunyai jabatan atau kekuasaan, agar tidak salah pola asuh, Poppy memaparkan, kembalilah harkatnya sebagai keluarga yang hangat, keluarga adalah tempat pulang, tempat berkeluh kesah, dan tempat mengadu.
Kasih sayang harus dihadirkan dalam menentukan pola asuh anak, kasih sayang bukan berarti memberi kemudahan atau memberi kemewahan, tetapi biarkan sang anak berprestasi dengan kerja keras, setelah berprestasi baru dikasih reward atau hadiah.
Baca Juga: Fotonya Dijadikan Headline Berita Penganiayaan oleh Media Luar, David Gadgetin Buka Suara
Poppy juga berpesan, tanamkan nilai agama semenjak dini, karena agama adalah fundamental dari segala aspek kehidupan.***