Perilaku Brutal dan Arogan Anak Pejabat Ditjen Pajak yang Melakukan Penganiayaan, Psikolog : Salah Pola Asuh

photo author
- Selasa, 28 Februari 2023 | 05:11 WIB
Psikolog Poppy Amalya ikut berkomentari Kasus Dandy Sumber Foto : Tangkapan layar Youtube
Psikolog Poppy Amalya ikut berkomentari Kasus Dandy Sumber Foto : Tangkapan layar Youtube

iNSulteng - Kasus penganiayaan Mario Dandy Satrio (MDS), Anak Pejabat Ditjen Pajak, terhadap Cristalino David Ozora (CDO), putra pengurus GP Anshor, Psikolog Poppy Amalya ikut berkomentar.

Menurut Poppy, ketika seorang melakukan kekerasan brutal, berarti ada emosi, rasa frustasi, dan kemarahan yang terpendam dan tidak tersalurkan.

Seperti yang terlihat dalam video penganiayaan itu, walaupun sudah ada teriakan untuk berhenti, namun pelaku masih saja meneruskan aksinya secara, ini berarti ada banyak sekali kemarahan, rasa frustasi, sehingga membuat pelaku tidak bisa mengontrol keadaan saat mengeluarkan kemarahannya, jelas Poppy.

Baca Juga: Keluarga Gen Halilintar Tak Hadir di Acara Ulang Tahun Ameena, Atta Ungkap Alasan

Padahal, pemicunya hanya karena pacarnya bercerita, yang kebenaran ceritanya pun belum pasti, tapi kemarahannya begitu dahsyat, ini yang menurut Poppy harus dilihat pola asuhnya, dimana dia dibesarkan, dimana sekolahnya, bahkan harus dilihat juga apa yang pelaku tonton selama ini.

Ketika disinggung mengenai ekspresi tanpa penyesalan pelaku saat ditahan oleh pihak yang berwajib, Poppy memaparkan, secara mental, dilihat dari gerak tubuh, ekspresi wajah, pelaku sebenarnya memiliki kecemasan, namun dia menyiratkan kalau dia berani menghadapi semua ini.

Akan tetapi, pelaku tidak memikirkan efek ke depan seperti apa, terlihat pelaku seperti mampu menghadapi, dari postur tubuhnya yang tegak dan berani menatap semua orang, padahal pelaku tidak mempunyai pemikiran kedepannya, efek apa yang ditimbulkannya, dampak kepada keluarga dan masa depannya, lanjut Poppy.

Baca Juga: Sampaikan Ingin Bertemu David! Menyesal, Mario Dandy Satrio Titip Pesan

Jika dilihat dari kronologis terjadinya penganiayaan itu, akibat dari pelaporan dari pacarnya, lewat pemikiran pelaku yang dangkal, pelaku merasa harga dirinya sudah diinjak-injak oleh korban, sehingga pelaku merasa harus memberi korban pelajaran, terang Poppy.

Perilaku arogan pelaku yang brutal itu dipicu oleh keinginan untuk diakui keberadaannya, ingin merasa hebat, dan merasa bisa memiliki segalanya karena segalanya begitu mudah didapat.

Diketahui pelaku adalah putra pejabat Ditjen pajak, yang membuat pelaku merasa hebat atau arogan karena mempunyai kekuasaan dan harta, akan tetapi, menurut Poppy, perilaku memamerkan harta itu justru karena adanya perasaan yang tidak nyaman, insecure, selalu ingin diakui, membuat pelaku tidak stabil secara emosi.

Baca Juga: Ini Dia Kapolda Pertama di Indonesia yang Jadi Irup di Sekolah Dasar, Simak Pesannya

Kemudahan-kemudahan mendapatkan segala sesuatu itu, tidak memiliki proses berfikir kritis. Proses berfikir kritis itu, dijelaskan oleh Poppy, adalah ketika ada peristiwa A, dampaknya adalah B, efeknya adalah C, proses berfikir inilah yang tidak dimiliki oleh pelaku.

Ini disebabkan kurangnya perhatian, kurangnya kasih sayang, kasih sayang itu dikonversikan ke benda-benda, oleh karena itu sifat arogansinya muncul, kasih sayang yang tidak didapat tadi, digantikan dengan cara pergi dengan teman-temannya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Eka Putra Budiana Datu

Tags

Rekomendasi

Terkini

X