Industri Dalam Negeri Hadapi Tantangan Baru Setelah Lolos Dari Pandemi

photo author
- Jumat, 23 September 2022 | 21:52 WIB
Airlangga Hartarto jawab tantangan industri pasca lolos dari pandemi (Instagram/@airlanggahartarto_official)
Airlangga Hartarto jawab tantangan industri pasca lolos dari pandemi (Instagram/@airlanggahartarto_official)

iNSulteng - Lolos dari pandemi, kini dunia industri menghadapi tantangan baru untuk bertahan. Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment dari INDEF Ahmad Heri Firdaus mengatakan, kenaikan harga BBM serta imbas dari konflik geopolitik dirasakan betul oleh dunia industri dan pemerintah bisa menolong mereka.

“Pertama terkait kenaikan harga energi yang menggerek kenaikan harga transportasi. BBM naik, inflasi tinggi ,suku bunga acuan meningkat, artinya bunga kredit juga lebih tinggi, sehingga mengancam ekspansi, yang tadinya mau ekspansi jadi tertunda,” jelas Ahmad Heri saat berbincang hari ini 23 September 2022.

Kenaikan harga transportasi dan juga sebagian bahan baku, makin memperberat ongkos produksi. Dikhawatirkan ada penyesuaian berupa pengurangan tenaga kerja.

Baca Juga: Kalau Ini Bisa Jadi 2 Juta Umat, Hyundai Debut New Grand i10 Harga Rp100 Jutaan, Mobil Agya Bisa Tepuk Jidat!

Baca Juga: Jeep Wrangler Rubicon Tahun 2010 Rp600 Jutaan, Tahun 2020 Rp1,7 Miliar, Pesan Buruan!

“Jadi kenaikan biaya produksi bisa menyebabkan tertunda ekspansi, atau bahkan penyesuaian input produksi, dikhawatirkan mereka mengurangi tenaga kerja,” ucap Ahmad Heri.

Namun pemerintah bisa membantu industri dengan cara memberikan stimulus maupun insentif. “Agar industri tetap berjalan, katakan diberikan fasilitasi dalam rangka industri sedang mengalami tekanan harus dibantu, katakan dalam biaya logistik, fasilitasi ekspor, ekspor kan kapal mahal, diberikan diskon tarif listrik untuk jam tertentu, apapun yang bisa berdampak langsung terhadap industri,” beber Ahmad Heri.

Sejauh ini kata dia, pemerintah hanya memberikan bantuan pada masyarakat terdampak sebagai kompensasi atas kenaikan BBM, namun belum pada industri.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa kemampuan industri menjadi unsur utama bagi ketahanan ekonomi sebuah negara di masa pandemi. Industri akan mendorong penciptaan lapangan kerja, dan memerlukan sektor perdagangan dalam distribusi, serta mendorong peningkatan investasi.

“Oleh karena itu, G20 harus mendorong upaya peningkatan di sektor industri, perdagangan dan untuk lebih menarik investasi. Ini merupakan seruan bagi negara-negara G20 untuk bekerja sama lebih baik lagi dalam memberikan dukungan yang diperlukan guna mendorong aspek-aspek industri dan perdagangan yang mengadopsi teknologi, khususnya di negara-negara berkembang,” kata Menko Airlangga.

Menjawab hal tersebut, Ahmad Heri mengatakan keanggotaan Indonesia dalam sejumlah forum seperti G20, ASEAN maupun lainnya diharapkan bisa memperkuat kerjasama yang menguntungkan. “ Kerjasama untuk aliran barang dan jasa yang lebih lancar, perlu dilakukan pertemuan dalam forum seperti kemarin itu. Negosiasi untuk menurunkan tarif non tarif, dan kerjasama investasi perdagangan yang menguntungkan saya rasa banyak.” ucap Ahmad Heri.

Namuna ada tantangan baru, dimana sejumlah negara melakukan restriksi ekspor untuk menjaga stok mereka. Harusnya, dalam forum seperti G20 ini bisa dibicarakan lebih jauh tentang global supply chain, dan diyakinkan bahwa bisa menjalin kerjasama tanpa restriksi.

Krisis Global

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan permasalahan ekonomi saat ini terjadi dalam tingkatan global, bukan di domestik. "Yang jelas kita memang berhadapan dengan global. Sekarang itu tantangannya ada di global, bukan di domestik," ujarnya

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Situr Wijaya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X