Utang Luar Negeri Indonesia Membengkak, Anis Ragukan Pertumbuhan Ekonomi Capai 7 Persen

photo author
- Rabu, 5 Mei 2021 | 11:21 WIB
Ilustrasi, Utang Luar Negeri Indonesia Membengkak, Anis Ragukan Pertumbuhan Ekonomi Capai 7 Persen (Zonapriangan.com)
Ilustrasi, Utang Luar Negeri Indonesia Membengkak, Anis Ragukan Pertumbuhan Ekonomi Capai 7 Persen (Zonapriangan.com)

iNSulteng - Utang luar negeri Indonesia saat ini membengkak. 

Pasalnya, Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia tembus 422,6 dollar AS miliar per akhir Februari 2021 atau setara Rp6.164,46 triliun (kurs Rp14.587 per dolar AS). 

Posisi itu naik 4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 2,7 persen (yoy). Angka ini menunjukkan utang luar negeri Indonesia semakin membengkak.

Baca Juga: Warga DKI Jakarta Diimbau Shalat Idul Fitri di Rumah Masing-masing

Menanggapi membengkaknya ULN ini, Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati menyatakan pihaknya sudah sering menyoroti dan juga mengingatkan pemerintah terkait utang yang makin membengkak. 

Jangankan mencapai pertumbuhan ekonomi 7 persen, pertumbuhan ekonomi pada masa normal saja maksimal hanya mampu mencapai angka 5,6 persen. Bahkan, pada masa pandemi ini pertumbuhan malah minus.

Kenyataan yang kita hadapi sekarang adalah defisit APBN melebar, utang melambung, tapi Pemerintah gagal membelanjakan utang. 

“Ini bisa terlihat dari adanya pelebaran defisit fiskal dari 2,2 persen (2019) menjadi 6,3 persen (2020) dan diperkirakan masih akan defisit sebesar 5,7 persen di tahun 2021,” papar Anis dalam keterangan tertulisnya yang diterima Parlementaria, Senin 3 Mei 2021.

Baca Juga: Sempat Tertunda, Musda Golkar Dipastikan Digelar 30 Mei

Lebih lanjut, Wakil Ketua Badan AKuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI itu menjelaskan bahwa memang defisit langkah normal di saat resesi, akan tetapi tetap memerlukan kehati-hatian dalam melaksanakan kebijakan defisit ini. 

Dan sebagian besar defisit APBN dibiayai oleh utang. Ini artinya semakin lebar defisit, maka utang juga semakin besar.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan bahwa untuk memaksimalkan pertumbuhan, tentu utang harus digunakan. Tetapi yang seringkali terjadi adalah Pemerintah justru gagal membelanjakan utang tersebut. 

Hal ini tercermin dari besarnya Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) selama 5 tahun terakhir yang mencapai Rp10 triliun hingga Rp30 triliun setiap tahunnya. 

Baca Juga: Gempa Tuapejat Berkekuata 5,8 Magnitudo, Ini Penjelasan BMKG

Anis menegaskan, pelebaran defisit ini disebabkan oleh tingginya anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Marhum

Tags

Rekomendasi

Terkini

X