Ini Baru Sultan Beneran, Punya Provinsi Sendiri yakni DIY, Bagaimana Sejarahnya?

photo author
- Minggu, 27 Maret 2022 | 20:12 WIB
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X (Putri Susanti/PojokMalioboro.com)
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X (Putri Susanti/PojokMalioboro.com)

"Kota kita tidak memerlukan kata pujian yang berlebihan. Dia hanya perlu sentuhan kasih dari hati nurani kita." (Kutipan dari Monumen Tapak Prestasi, Yogyakarta)

Menjadi Jogja menjadi Indonesia

"Sudah semestinya keistimewaan Jogja adalah untuk Indonesia. Bahwa menjadi Jogja, adalah menjadi Indonesia."

Kalimat tersebut disampaikan dengan penuh penekanan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengkubuwana X dalam pembukaan Festival Kesenian Yogyakarta ke-29 di depan Gerbang Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Kepatihan, Yogyakarta.

"Menjadi Jogja, menjadi Indonesia."

Kalimat tersebut dimaknai bahwa karakter Jogja akan selalu menguatkan Indonesia. Mahasiswa, seniman, akademisi, wisatawan, dan terutama masyarakat Jogja diharapkan terus membawa nilai-nilai ke-Jogja-an ke berbagai titik di Indonesia. Nilai-nilai tersebut antara lain:

  • 'Hamemayu Hayuning Bawono', yang menciptakan kenyamanan.
  • 'Manunggaling kawula Gusti', yang mengajarkan ketauladanan.
  • 'Golong gilig', yang mencerminkan gotong royong.
  • 'Watak Satriya: Sawiji, Greget, Sengguh Ora Mingkuh', yang dimaknai sebagai jati diri yang kuat, tetapi tetap terbuka.

Gempa Yogyakarta

Pada masa kepemimpinannya, Yogyakarta mengalami gempa bumi yang terjadi pada bulan Mei 2006 dengan skala 5,9 sampai dengan 6,2 skala richter yang menewaskan lebih dari 6.000 orang dan melukai puluhan ribu orang lainnya.

Kiprah nasional

"Kota kita tidak memerlukan kata pujian yang berlebihan. Dia hanya perlu sentuhan kasih dari hati nurani kita" - Kutipan dari Monumen Tapak Prestasi Hamengku Buwono X di Monumen Tapak Prestasi, Yogyakarta.

Pada peringatan hari ulang tahunnya yang ke-61 di Pagelaran Keraton pada 7 April 2007, Hamengkubuwana X menegaskan tekadnya untuk mulai berkiprah di kancah nasional. Ia akan menyumbangkan pemikiran dan tenaganya untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia.

Gelar kehormatan

Pada 27 Desember 2011, ia menerima gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) dari Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta. Gelar tersebut karena kiprahnya dalam seni dan budaya, terutama seni pertunjukan tradisi dan kontemporer sejak 1989.

Hamengkubuwana X dan Ratu Hemas mengikuti kirab pernikahan putri keempatnya, Hayu dengan Notonegoro.

Sultan Hamengkubuwana X menghadapi persoalan terkait penerusnya karena tidak memiliki putra. Masalah ini mengemuka ketika terjadi pembahasan Raperda Istimewa tentang Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur sampai Sultan Hamengkubuwana X secara mendadak mengeluarkan Sabdatama pertama pada 6 Maret 2015. Dalam UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta Pasal 18 ayat (1) huruf m disebutkan bahwa salah satu syarat menjadi gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta adalah "menyerahkan daftar riwayat hidup yang memuat, antara lain riwayat pendidikan, pekerjaan, saudara kandung, istri, dan anak;" yang dianggap hanya memberikan kesempatan kepada laki-laki untuk menjadi kandidat Sultan selanjutnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Situr Wijaya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X