iNSulteng - Salah seorang ibu asal Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara sedang tertatih-tatih mencari buah hatinya yang merupakan seorang gadis yang masih berusia 26 tahun.
Dengan kerinduan yang sudah lama menebal dan harapan ingin bertemu putrinya yang sudah 23 tahun tidak pernah lagi dilihatnya, seorang ibu bernama Herniati Heransya, warga Desa Mokalelo, Kecamatan Puriala, Kabupaten Konawe, Kendari, Sulawesi Tenggara, menuturkan sebongkah kisah sedihnya.
Baca Juga: BSU BPJS Ketenagakerjaan 2021 Akan Cair Lagi, Jika Kemungkinan Ini Terjadi
Dikutip dari Warta Bulukumba, dengan artikel Sudah 23 tahun Ibu ini mencari putrinya, diperkirakan berada di Bulukumba bahwa Putrinya bernama Julianti dan masih berumur tiga tahun ketika diboyong oleh ayahnya yang bernama Jumadi alias Fabo ke Kabupaten Bulukumba pada 23 tahun silam. Usia Julianti sekarang 26 tahun. Herniati berpisah secara resmi dengan Jumadi pada sekitar tahun 1998.
"Saya sebenarnya menolak berpisah dengan putri saya pada saat perceraian itu. Julianti sedang lucu-lucunya sat itu. Saya selalu memendam kerinduan pada putri saya," kata Herniati sambil terisak melalui telepon kepada WartaBulukumba, Sabtu 6 Februari 2021.
Herniati bercerita, ketika perceraian itu terjadi, ia bersama Jumadi dan Julianti masih bermukim di Desa Opa, Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan.
Baca Juga: TERKUAK! Menaker Ungkap Alasan Fokus Pada Program Prakerja Daripada BSU BPJS Ketenagakerjaan
Beberapa tahun silam Herniati pernah berupaya mencari Yulianti ke Bulukumba. Namun tidak bisa menemui Julianti yang saat itu masih bersekolah di sebuah madrasah aliyah di kampung ayahnya.
"Saya sangat berharap bertemu putri saya. Namun seolah-olah saya dihalang-halangi. Entah apa sebabnya," kata Herniati dengan nada terbata-bata menahan haru yang menyesakkan dadanya.
Penuturan Herniati, seingatnya tempat tinggal Jumadi adalah Desa Padi, Kecamatan Gangking (dewasa ini telah dimekarkan menjadi dua kecamatan yaitu Gantarang dan Kindang), Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Sejak era medsos mulai akrab dengan masyarakat Indonesia, Herniati pun selama bertahun-tahun berupaya mencari tahu keberadaan putrinya melalui medsos, khususnya Facebook. Namun hasilnya nihil. Hingga kemudian muncul ide Herniati menghubungi WartaBulukumba yang kebetulan dia follow fanspagenya di facebook.
Baca Juga: Mengejutkan, Pengakuan Salah Satu Teroris Ini Bikin Eks Sekretaris Umum FPI Bisa Diperiksa Polri
"Saya mohon agar saya bisa bertemu atau dipertemukan dengan anak saya, Yulianti. Bisa langsung menghubungi langsung akun Facebook saya Herniati Heransya di link ini: https://www.facebook.com/herniatiheransya.herniati/. Kalau Yulianti sendiri yang membaca artikel ini, saya hanya mau mengatakan bahwa ibu merindukan kamu nak," kata Herniati.
Kisah pilu ibu ini, Herniati, sebagaimana halnya dalam berbagai kebudayaan di dunia, manusia mengenalnya sebagai sosok yang menempati altar tertinggi sehingga kerap melahirkan kisah-kisah tak terperikan di tengah peradaban dan sejarah.
Mulai unit terkecil bernama keluarga hingga ruang sosial dan negara, tidak berlebihan jika ibu dipandang sebagai individu yang selalu intens, merupakan pelaku utama yang berperan terhadap pewarisan budaya. Ibu merupakan agen of change terhadap budaya-budaya yang berlaku di masyarakat. Karena ibu adalah sosok cinta yang pertama kali dikenal manusia sebelum mengenal Sang Pencipta.*** (Alfian Nawawi/Warta Bulukumba)