Bahkan saya yang menulis artikel ini hingga pertengahan perjalanan masih cukup tenang. Suara pramugari dari belakang samar-sama terdengar menawarkan makanan.
Para pramugari cantik itu menawarkan dagangan ringan, seperti pop mie, hingga air mineral dan sejumlah makanan lain.
Sekitar sejam dalam penerbangan, awan tebal warna putih masih terlihat. Terdapat guncangan sedikit di pesawat namun tak begitu kencang.
Pramugari pun memberitahu bahwa pesawat tengah menghadapi cuaca buruk. Melalui pengeras suara pramugari menyampaikan untuk tetap duduk dan menggunakan sabuk pengaman.
Selain itu kamar kecil dalam pesawat pun sementara waktu tidak bisa digunakan hingga cuaca membaik.
Saya merasakan pesawat agak goyang, semua penumpang tampak tenang, penumpang di samping saya asik main iPad, dan saya menoleh ke belakang penumpang lain tampak main hp.
Setelah senam jantung beberapa menit, cuaca pun kembali normal. Pesawat melaju dengan kecepatan normal menuju Kota Daeng Makassar. Saat mendarat pun sudah dekat di Makassar.
Saya dan penumpang lain landing dengan normal di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar di Kabupaten Maros.
Sekitar 2 jam saya transit, perjalanan dilanjutkan ke kota Palu dengan pesawat yang berbeda.
Cuaca Makassar ke Palu tampak cerah sepanjang penerbangan. Sekitar sejam perjalanan pesawatpun landing di Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu.
Saya dan penpang lain pun satu persatu turun dari badan burung besi itu. Tak lupa keluar pintu buah hati saya bernama Mizzian Haziq dan Istri saya Selvianti sudah ada di Bandara.
"Ayah," teriakan anak saya ketika melihatku dadi balik pintu kaca ruang kedatangan Bandara Kota Kelor itu.
Saya pun langsung menghampiri dan menciumnya dengan penuh kerinduan. Alhamdulillah tiba lagi di Palu dengan selamat.***
