Menurut Dedi, nama Airlangga Hartarto yang menjadi calon presiden (capres) dari Golkar ternyata lebih berpeluang mengisi peluang cawapres. Sehingga, Golkar patut mencari sosok lain dari eksternal. Dedi juga menilai partai anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang lain yakni PPP dan PAN juga tidak mempunyai sosok yang kuat sebagai capres.
"Airlangga Hartarto dalam beberapa survei, termasuk juga keterkenalannya di masyarakat hanya punya potensi maksimal di cawapres. Artinya potensi Golkar untuk mencari kandidat presiden itu tentu dari partai yang lain. Tidak mungkin juga disuplai oleh PAN atau bahkan oleh PPP," tegasnya.
Kesamaan Visi
Faktor kedua, menurut Dedi, adalah kesamaan visi-misi politik antara PDIP dan Golkar, meskipun dalam beberapa hal berbeda. Kedua partai itu cukup lama berada dalam satu gerbong koalisi sekaligus keduanya juga tidak mempunyai rekam konflik.
Baca Juga: Ketum Partai Golkar: Tegas Dukung Sistem Pemilu Proporsional Terbuka untuk Jaga Kemajuan Demokrasi
"Maka kemudian menjadi mungkin PDIP untuk berkoalisi dengan Golkar, dengan asumsi bahwa PDIP tetap memimpin koalisi," tandasnya.
Terkait dengan kandidasi, Dedi menilai bisa saja kedua partai itu akan memasangkan capres dari PDIP dan cawapres dari Golkar.
"Jika koalisi PDIP Golkar terjadi saya kira tokoh-tokoh yang mungkin muncul adalah Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto atau Puan Maharani-Airlangga Hartarto," sambungnya.
Baca Juga: Usai di Tangkap KPK, Polri Backup Proses Penegakan Hukum Terhadap Gubernur Papua Lukas Enembe
Meski demikian, ada pula potensi koalisi lain ketika mencermati posisi anggota KIB. PPP dinilai juga mempunyai peluang untuk menjalin koalisi dengan partai berlambang banteng itu.
"Anggota KIB yang punya potensi bergabung dengan PDIP bisa saja adalah PPP. Kenapa? Karena PPP dalam sejarahnya banyak dibantu atau mungkin hubungan PPP dengan PDIP sejauh ini selalu dekat. Artinya bukan tidak mungkin 2024 juga PDIP dengan PPP juga akan bersatu," pungkasnya. ***