Kasus Pedofilia Kembali Naik, Begini Cara Tepat Lindungi Anak dari Ancaman Predator Seksual

photo author
- Kamis, 4 April 2024 | 14:12 WIB
Sumber Foto: Freepik kasus Pencabulan
Sumber Foto: Freepik kasus Pencabulan
 
iNSulteng - Belakangan ini warganet digemparkan oleh kasus pencabulan yang menimpa seorang anak berusia 5 tahun berinisal S yang tinggal di wilayah DKI Jakarta.
 
Nahas, dilansir dari akun instagram @priskaprllyy yang merupakan ibu kandung korban pencabulan, terduga pelaku merupakan ayah kandung korban yang telah bercerai dari ibu kandung korban dan tinggal terpisah.
 
Dalam unggahan-unggahan di akun instagram @priskaprllyy terdapat beberapa rekaman video berisi pengakuan korban pencabulan yang menceritakan perbuatan bejat ayah kandungnya terhadap dirinya, sewaktu korban menginap di rumah terduga pelaku dalam rentang waktu 31 Januari hingga 3 Februari 2024 silam. 
 
Hingga saat berita ini ditayangkan, terduga pelaku telah ditangkap dan terus diperiksa oleh pihak satreskrim Polda Metro Jaya. Sementara itu, para profesional di bidang medis, psikologi dan hukum, juga KPAI turut serta bahu membahu dalam memberikan pendampingan terhadap korban dan ibu kandung korban untuk memulihkan mental dan melangkah ke jalur hukum.
 
tentunya hal ini memunculkan rasa keprihatinan, kekhawatiran hingga kemarahan yang mendalam di hati semua orang, terutama para orang tua yang memiliki anak berusia kanak-kanak.
 
Betapa tidak, keluarga yang semestinya menjadi pelindung bagi anak dalam kasus ini justru menjadi pemberi luka terdalam dalam diri korban. Belum lagi ancaman pedofilia di luar sana yang bisa datang dari pihak manapun.
 
Lalu seperti apa sikap yang paling tepat bagi orangtua dan keluarga untuk melindungi anak dari ancaman pelecehan seksual dan pencabulan oleh orang-orang dewasa di sekitar? Simak langkah-langkah pencegahannya bersama InSulteng.id!
 
1. Pahami Fase Perkembangan Seksual Pada Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
 
Memberikan pendidikan seksual yang tepat sesuai usia anak seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Terlebih dalam kebudayaan timur, tema seksual masih sering ditabukan dan tidak dibicarakan secara terbuka di tengah keluarga.
 
Namun, dilansir dari laman Kemkes.go.id, memahami fase tumbuh kembang anak merupakan langkah awal yang harus dipahami orang tua agar anak dapat mengenali tubuhnya dan organ-organ seksualnya.
 
Secara umum, berdasarkan kajian psikoseksual oleh Sigmund Freud, pada fase phallus yang terjadi di usia 2 - 4 tahun, anak sudah mulai mengenali organ seksualnya dan mendapatkan kepuasan dari organ seksualnya. Di fase ini anak akan mulai mampu menahan keinginan buang air kecil dan merasakan sensasi nikmat ketika berkontak dengan organ seksualnya.
 
Oleh sebab itu, pendidikan seksual bisa dimulai di fase ini dengan pola komunikasi sederhana yang dapat dimengerti oleh anak.
 
2. Ajarkan Anak Mengenai Otoritas Tubuh
 
Mengajari anak tentang otoritas tubuh merupakan hal yang penting dilakukan ketika anak sudah memasuki fase Phallus. Orang tua harus memberi pengertian pada anak, bagian tubuh mana saja yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain tanpa persetujuan dirinya dan orang tua. Bagian-bagian tubuh tersebut terutama adalah mulut, dada, paha, bokong dan area genital.
 
3. Jangan Biasakan Anak Telanjang di Depan Orang Asing
 
Mengetahui ciri seseorang yang mengidap pedofilia atau ketertarikan seksual terhadap anak-anak bukanlah suatu hal yang bisa dilakukan dengan mudah. Seseorang yang tampak santun dan baik, bisa saja ternyata merupakan seorang pedofil predator seksual anak-anak yang patut diwaspadai.
 
Untuk itu, orang tua harus mengajari anak agar berhati-hati soal siapa saja yang boleh melihatnya tanpa pakaian lengkap. Tidak membiasakan anak berpakaian tak lengkap atau telanjang di depan orang asing merupakan sebuah hal yang wajib dipahamkan oleh orang tua terhadap anak.
 
4. Mengajari Anak Agar Berani Melawan dan Menolak
 
Orang tua wajib mengajari anak agar berani menolak, melawan dan berteriak jika ada orang dewasa yang berusaha melangkahi otoritas tubuh anak, atau memegang daerah-daerah vital anak.
 
Ajari anak agar selalu menceritakan apapun yang ia alami, saksikan dan dengarkan kepada orang tua.
 
Hal ini dapat mencegah ancaman pelecehan dan kekerasan seksual oleh predator seksual berbahaya yang berkeliaran di tengah masyarakat.
 
Pendidikan seksual yang baik dan kebersediaan orang tua untuk menjadi sahabat terdekat bagi anak dan tidak menabukan apapun untuk dibicarakan bersama anak merupakan sebuah usaha yang dapat dilakukan orang tua agar terhindar dari "kecolongan" oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab di luar sana. ***
 
Penulis: Ratnaniar Setyawati

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Eka Putra Budiana Datu

Tags

Rekomendasi

Terkini

X