Semua ini dilakukan untuk satu tujuan memancing penonton agar terus mengirimkan gift tapi permainan ini tidak berhenti di TikTok banyak dari mereka yang kemudian mengarahkan penonton ke platform lain seperti Telegram tempat di mana aturan TikTok tidak lagi berlaku di Telegram.
Transaksi yang lebih besar terjadi, grup eksklusif dibuat khusus untuk mereka yang sudah memberikan banyak gift dan di sana kontennya bukan lagi sekadar hiburan beberapa menawarkan akses ke konten eksplisit sesi live khusus bahkan layanan yang lebih jauh dari sekedar menonton.
Ini bukan sekedar spekulasi, fakta menunjukkan bahwa praktik ini semakin marak dengan banyak orang yang tanpa sadar sudah terjebak di dalamnya.
TikTok sendiri punya aturan ketat soal konten semacam ini, tapi sistem moderasi mereka tidak cukup kuat untuk mendeteksi semua pelanggaran yang terjadi di balik layar. Akibatnya para pelaku bisa terus beroperasi dengan lebih rapi dan canggih.
Yang lebih tragis banyak dari mereka yang masih remaja tergiur dengan kemudahan mendapatkan uang dari live streaming tanpa sadar bahwa mereka sedang memasuki dunia yang bisa menghancurkan masa depan mereka sendiri.
TikTok bukan lagi sekadar aplikasi hiburan ini sudah menjadi mesin uang raksasa yang digunakan untuk hal-hal yang jauh dari sekadar konten kreatif.
Dari luar terlihat menyenangkan, penuh warna, dan menghibur. Tapi di balik itu ada bisnis kotor yang berjalan ada orang-orang yang dieksploitasi dan ada sistem yang terus berkembang karena minimnya kesadaran dari para pengguna live streaming di TikTok.
TikTok bukan sekadar fitur untuk interaksi tapi sudah berkembang jadi jebakan psikologis yang dirancang untuk membuat penonton terus mengeluarkan uang.
Para streamer tidak hanya mengandalkan hiburan, mereka membangun citra tertentu untuk membangkitkan emosi penonton.
Ada yang berperan sebagai sosok yang perlu dikasihani, pura-pura menangis atau membuat drama agar penonton merasa bertanggung jawab untuk membantu.
Ada juga yang menggunakan daya tarik seksual secara halus, bermain dengan gestur dan kata-kata yang seolah menggoda membangun ketertarikan tanpa terang-terangan menunjukkan niat sebenarnya.
Baca Juga: Alasan Telegram Jadi Sarang Konten Dewasa, Kok Bisa? Ini Penjelasan!