iNSulteng - Jika mendengar nama Lampor mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat khususnya wilayah Jawa, biasanya lampor identik dengan keranda terbang seperti yang sempat viral beberapa waktu lalu, namun berbeda dengan yang ada di Desa Pamriyan Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah (Jateng) ini.
Di desa ini justru Lampor yang dimaksud bukanlah keranda terbang, melainkan sosok manusia berbadan setengah kuda dan berambut panjang layaknya karakter di film Narnia, menurut penjelasan sumber salah satu tokoh masyarakat di Desa Pamriyan yang di tuakan Mbah Mukowiryo, beliau menjelaskan bahwa ia pernah menjumpai lampor tersebut.
“Biasanya makhluk tersebut muncul setiap grimis menjelang sore hari di bukit alas gledek dan lekor,” katanya, belum lama ini.
Baca Juga: Maria Ozawa Kirim Video Pribadi ke Vicky Prasetyo, Isinya Bikin Wow!
Selain bentuknya yang menyerupai wajah manusia dan berbadan kuda, suara dari makhluk tersebut menyerupai geraman harimau, biasanya jika di sore hari grimis dan kabut mulai menuruni bukit para pekerja penyadap getah pinus, akan mulai pulang meninggalkan pekerjaan mereka karena mereka tidak berani jika harus bertemu dengan makhluk tersebut.
Mbah Muko juga menceritakan bahwasanya makhluk tersebut biaasanya memakan organ dalam hewan liar yang ada di hutan.
“Benar orang sini masih meyakini jika makhluk tersebut ada, namun tak pernah satupun warga sini yang pernah melihatnya seperti saya dan orang yang seumuran dengan saya,” tambahnya.
“Kalau jaman saya dulu sudah terbiasa dengan hal itu bahkan sering di ingatkan oleh orang tua saya kalau cari rumput untuk makan kambing atau sapi jangan sampai terlalu sore, ya itu ditakutkan nantinya ketemu lampor, tapi kalau sekarang warga sini palingan cuma suara itupun hanya segelnitir orang saja yang pernah mendengar suara lampor tersebut,” jelasnya.
Terlepas dari kesaksian Mbah Mukowiryo, ada juga pengakuan dari warga lain yakni Sapar dia juga menjelaskan, kalau dia dan keluarga percaya dengan itu.
“Selain cerita dari kakek nenek dan orang tua saya hutan disini juga masih banyak yang belum terjamah oleh orang, ntah ada makhluk apa saja yang mendiami alas tersebut kita kan ndak tau, yang terpenting adalah dimanapun kita berada ndak boleh kita menganggap remeh cerita dari orang tua apalagi cerita turun temurun karena mereka biasanya lebih tau tentang seluk beluk Desa ini kan gitu,” jelasnya.
Benar atau tidakanya cerita tersebut sampai saat ini masih menjadi misteri di Desa Pamriyan karena belum ada bukti kuat yang bisa di jadikan dasar, misalanaya rekaman video atau hal lainya, namun sebagai masyarakat Indonesia yang kental akan sejarah, adat dan budaya kita harus menghormati itu semua.
“Karena setiap daerah pasti mempunyai kepercayaan dan ceritanya masing-masing,” tutup Sapar.***