iNSulteng - Baru-baru ini heboh sekelompok orang azan dirubah jadi jihad, selain itu mereka juga membawa parang, entah apa tujuannya.
Budayawan Yogyakarta sekaligus intelek Islam nasional, Muhammad Ainun Najib atau yang akrab disapa Cak Nun, memberikan tanggapannya terkait polemik adzan hayya alal jihad.
Diketahui sebelumnya, beredar video dijejaring media sosial yang menunjukkan sejumlah orang yang tengah berada di sebuah ruangan dan salah seorang diantara mereka mengumandangkan lantunan adzan yang diselipkan kalimat ‘Hayya Alal jihad’.
Baca Juga: PSSI dukung keputusan Barito Putera lepas Bagus Kahfi ke Eropa
Baca Juga: Pesawaran dan Tanggamus Lampung Diguncang Gempa, Warga Berhamburan
Video itu pun sontak membuat warganet heboh, bahkan viral dengan cepat melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, Whatsapp, dan Twitter.
Dikutip dari Mantrasukabumi.com dengan artikel "Tanggapi Soal Adzan Hayya Alal Jihad, Cak Nun : Melanggar Syariat, Bidah, Bahkan Sesat", cak Nun menuturkan, ketika kumandang adzan atau iqamah diganti dengan lafal ‘Hayya Alal Jihad’, secara fiqih tidak lazim karena bukan ajaran dan tradisi baku dari Rasulullah Muhammad SAW.
"Azan atau iqamah diganti menjadi ‘Hayya Alal jihad’, maka akan lazim ketika ada ulama yang menyebutnya melanggar syariat, Bidah, atau bahkan sesat", ucap Cak Nun, seperti dilihat mantrasukabumi.com dari kanal YouTube CakNun.com pada Rabu, 2 Desember 2020.
Ia melanjutkan untuk melihat perspektif terkait azan dan iqomah yang ditambahih ‘Hayya Alal Jihad’ dapat melalui perspektif syariat dan fiqih. Tambahnya Ia juga mengatakan dapat dari perspektif sosial politik dan perspektif (katakanlah) langit.
"Iya saya kira kita ambil saja tiga cara pandang atau tiga perspektif atau tiga spektrum. Spektrum pertama pasti adalah fikih dalam syariat Islam, artinya tata cara beragama yang diatur oleh agama Islam", ujarnya.
Baca Juga: Jadi Perbincangan Hangat, Begini Tanggapan Legislator Senayan Soal RUU Dwi Kewarganegaraan
Selain itu, Cak Nun juga menyebutkan bahwa kalau tujuan atau niatnya adalah untuk perang lebih baik menjadi ‘Hayya Alal Qital’, yang artinya mari berperang.
"Saya tidak curiga dan tidak mengklaim maksudnya, tapi Kalau saya jadi mereka saya akan sekalian memakai kata Qital, ‘Hayya Alal Qital’, Mari berperang", imbuhnya.