Profil Lengkap Guru Tua

photo author
- Sabtu, 29 Maret 2025 | 09:22 WIB
Sayyid Idrus Bin Salim Sis Aljufri atau Guru Tua.
Sayyid Idrus Bin Salim Sis Aljufri atau Guru Tua.

Hingga akhir hayatnya, Sayid Idrus berhasil membangun 420 madrasah yang tersebar di seluruh wilayah Sulawesi Tengah.

WARISAN

Bangunan sekolah yang pertama dibangun atas biaya beliau sendiri di kota Palu, merupakan sekolah Islam pertama di Palu dan kemudian berkembang menjadi cabang-cabang hingga ratusan madrasah tersebar di kota-kota dan kampung-kampung bagian Timur Indonesia yang diberi nama “ALKHAIRAAT”, dengan harapan optimis dan keberkatan dari nama tersebut yang banyak kali disebut dalam Al-Qur’an.

Secara resmi madrasah tersebut dibuka pada tanggal 14 Muharram 1349 H bertepatan dengan 11 Juni 1930. Peresmian itu dihadiri oleh para pemuka Arab yang tinggal di Palu dan sebagian petinggi negara. Dalam perkembangannya, pengelolaan Madrasah sepenuhnya ditangani oleh Habib ldrus. Para murid yang belajar di sana tidak dipungut biaya sama sekali.

Hal ini karena Habib ldrus mengadaptasi sistem pendidikan arab yang pada umumnya tidak memungut biaya kepada para muridnya. Sehingga para murid lebih fokus dalam belajar. Habib ldrus memberikan gaji kepada para guru dan staf sekolah dari hasilnya berdagang.

 

"Segala puji hanya bagi Allah, Alkhairaat makmurlah sudah, Di dalamnya tempat para patriot dan kawula muda satria, Wahai masyarakat lembah Palu Alkhiaraat itu almamatermu, Senantiasa mengajak siapa saja yang berhasrat datang kepadanya, Alkhairaat punya kita beragam ilmu ada padanya, Cukupkan dirimu darinya janganlah menjadi ibarat orang bangkrut, Dari tempat nun jauh cahayanya tanpak bagi mereka, Yang mendapat petunjuk dan tiada akan melihat cahaya kalbu yang buta.""

Habib Idrus, 1930

Habib ldrus mengajar para santrinya dengan penuh dedikasi dan profesionalitas yang tinggi. Keikhlasan dan keuletan beliau telah membuahkan hasil. Perguruan AI-Khairaat waktu itu telah menghasilkan guru-guru Islam yang handal yang kemudian disebarkan ke seluruh pelosok Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, dan lrian Jaya.

Pada tanggal 11 Januari 1942, Jepang menduduki Sulawesi dan menjadikan kota Manado sebagai pusat pangkalan di Kawasan Timur Indonesia. Tidak berselang lama stelah itu, Jepang memerintahkan penutupan perguruan AI-Khairaat. Selama tiga setengah tahun kependudukan Jepang, Habib ldrus tidak menyerah sedikitpun untuk mengajar para muridnya.

Proses belajar mengajar tetap berlangsung meskipun secara sembunyi-sembunyi. Lokasi pembelajaran dialihkan ke desa Bayoge, yang berjarak satu setengah kilometer dari lokasi perguruan Al-Khairaat. Pengajarannya dilaksanakan pada malam hari dan hanya menggunakan penerangan seadanya. Para muridnya datang satu persatu secara sembunyi- sembunyi.

Tepat saat kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 Habib ldrus kembali membuka perguruan AI-Khairaat secara resmi. Beliau berjuang kembali untuk mengembangkan dakwah dan pendidikan Islam. Hingga selama kurun waktu 26 tahun (1930-1956) lembaga yang telah dirintisnya ini telah menjangkau seluruh kawasan Indonesia Timur.

Waktu terus berjalan tahun berganti tahun hingga pada tahun 1950-an Sayid Idrus mulai mengembangkan pendidikan Islam Alkhairaat ini membuka berbagai jenis pendidikan dan strata di antaranya Ibtidaiyah, Muallimin empat tahun, dan enam tahun, Madrasah Lanjutan Pertama (MLP), setara dengan SMP, Pendidikan Guru Agama (PGA), serta Perguruan Tinggi Islam (UNIS) pada tahun 1964 M dengan nama Universitas Islam Al-Khairaat dengan tiga fakultas di dalamnya, yaitu: Fakultas Sastra, Fakultas Tarbiyah, dan Fakultas Syariah. Dan Habib ldrus sebagai Rektor pertamanya.

Ketika terjadi peristiwa pemberontakan G30S PKI pada tahun 1965, perguruan tinggi AI-Khairaat dinonaktifkan untuk sementara. Para Mahasiswanya diberikan tugas untuk berdakwah di daerah-daerah terpencil kawasan Sulawesi. Hal ini sebagai upaya untuk membendung paham komunis sekaligus melebarkan dakwah Islam. Setelah keadaan kondusif, pada tahun 1969 perguruan Tinggi AI-Khairaat dibuka kembali.

Sejak berdiri tahun 1930, saat ini Alkhairaat telah menaungi sekitar 1.700 madrasah, 43 pondok pesantren dan satu perguruan tinggi, Lembaga pendidikan tersebut masih eksis beroperasi yang tersebar di 12 Provinsi dan 84 kabupaten/kota. Selain itu Alkhairaat juga memiliki rumah sakit yang dikelola secara mandiri. Saat ini ratusan ribu guru telah tersebar di pelosok-pelosok kampung untuk mengabdikan diri mereka mengembangkan Alkhairaat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Situr Wijaya

Tags

Rekomendasi

Terkini

X