Baca Juga: Kebakaran Hebat Pertamina Plumpang, 14 Orang Diduga Tewas 50 Luka-luka
Sesuai pembahasan tema di atas, potongan ayat كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ (...sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian...) ini merupakan titik awal mengupas sejarah puasa, khususnya puasa Ramadhan.
Singkatnya, ibadah puasa juga telah menjadi kewajiban umat-umat terdahulu yang menerima wahyu.
Baca Juga: Ayah Shane Lukas Jenguk David, Ingin Kasus Cepat Selesai dengan Damai
Pakar Tafsir Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya Membumikan Al-Qur’an (2000) menjelaskan, dari segi ajaran agama, para ulama menyatakan bahwa semua agama samawi, sama dalam prinsip-prinsip pokok akidah, syariat, serta akhlaknya. Ini berarti bahwa semua agama samawi mengajarkan keesaan Allah, kenabian, dan keniscayaan hari kemudian.
Shalat, puasa, zakat, dan berkunjung ke tempat tertentu sebagai pendekatan kepada Allah adalah prinsip-prinsip syariat yang dikenal dalam agama-agama samawi.
Tentu saja cara dan kaifiat-nya dapat berbeda, namun esensi dan tujuannya sama.
Baca Juga: Urgensi Impor KRL Bekas dari Jepang. Polemik Dua Kementerian
Kita dapat mempertanyakan mengapa puasa menjadi kewajiban bagi umat Islam dan umat-umat terdahulu?
Manusia memiliki kebebasan bertindak memilih dan memilah aktivitasnya, termasuk dalam hal ini, makan, minum, dan berhubungan seks.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dari zaman dulu hingga sekarang menjadi tantangan manusia dalam kehidupan.
Baca Juga: Menjelang Ramadhan, Masjid Al Jabbar Jawa Barat akan Dilokalisasi agar Lebih Tertib dan Rapi
Sebab, hal itu mempengaruhi sisi-sisi kehidupan lainnya sehingga berpuasa adalah ibadah yang tepat.
Sejarah kewajiban puasa Ramadhan tidak terlepas dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke negeri Yatsrib (Madinah).
Sebab peristiwa tersebut merupakan titik pijak penyempurnaan syariat Islam di kemudian hari.