Nurul Arifin: Calon Presiden Pemilu 2024 Partai Golkar Cuma Satu Yaitu Airlangga Hartarto! Cek Rekam Jejak

photo author
- Senin, 16 Januari 2023 | 20:45 WIB
Foto Instagram Nurul Arifin
Foto Instagram Nurul Arifin

iNSulteng - Wakil Ketua Umum Partai Golkar Nurul Arifin menegaskan partainya akan mengusung Ketum Airlangga Hartarto sebagai Calon Presiden (capres) dalam Pilpres 2024, meski Airlangga tidak masuk dalam kategori kandidat populer berdasarkan hasil survei.

"Pertama saya mengkoreksi mengenai banyak Calon Presiden (capres) dari Golkar. Calon presiden dari Golkar cuma satu yaitu Airlangga Hartarto. Jadi sesuai dengan keputusan munas kita konsisten mengusung Airlangga Hartarto juga kami tidak geming. Saya juga sedikit bingung kalau ada orang yang terpukau dengan popularitas sementara kapabilitas dan kompetensinya tidak dilihat," kata Nurul.

Nurul mengatakan semestinya rekam jejak yang dipakai sebagai penilaian. Dia menyebut Partai Golkar tidak terpengaruh dengan hasil survei dalam menentukan Calon Presiden.

Baca Juga: Terbitnya Perppu Ciptaker Dibutuhkan untuk Jangka Panjang! Perlu Mitigasi dari Pemerintah, Ini Tujuannya

Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin menilai pandangan Nurul tersebut perlu didukung dengan kondisi pemilih yang rasional. Dibutuhkan kerja keras dalam upaya meningkatkan literasi pemilih agar mampu melihat kapabilitas dan komptensi dari para kandidat.

Menurutnya, pemilih Indonesia bisa dikategorikan menjadi pemilih rasional yang mendasarkan pada visi-misi, program, kinerja, rekan jejak, gagasan, dan catatan baik dari kandidat.

Pemilih rasional akan meningkat ketika politik gagasan mengemuka. Ketika politik Indonesia sudah mulai mengedepankan adu program, adu gagasan, maka pemilu akan menghadirkan politik ide dan gagasan sehingga pemilih rasional akan lebih menonjol menguat.

Baca Juga: Situasi Terkini PT. GNI Pasca Rusuh, 71 Orang saat ini Dilakukan Pemeriksaan! 17 Terbukti Melakukan

"Tapi kalau selama ini pemilih masih emosional dan dimobilisasi, maka rasionalitas akan terbelakang. Tidak akan menjadi prioritas," ujarnya saat dihubungi, hari ini.

Sedangkan di sisi lain, ada pula pemilih emosional akan menjatuhkan pilihan berlandaskan kedekatan, karismatik, ataupun hubungan keluarga.

"Pemilih kita ini anggap bagi 2, pemilih yang rasional, juga pemilih yang emosional. Mudahnya seperti itu," terang akademisi Universitas Al Azhar Indonesia itu.

Baca Juga: Panglima dan Kapolri serta Kepala Staf Main Wayang Orang: Lestarikan Budaya hingga Perkokoh Sinergitas TNI-Polri

Selain itu, ada pula pemilih dimobilisasi. Pemilih jenis itu hanya akan peduli pada pemberian. Bagi mereka, janji, visi-misi, gagasan adalah sekedar bohong, bual-bualan. Yang dipilih ialah yang memberi.

"Pemilih juga ada, istilah saya, dimobilisasi atau dibeli. Nah, pemilih kita ini masih banyak yang dibeli. Dimobilisasi lalu dibeli," tegasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Eka Putra Budiana Datu

Tags

Rekomendasi

Terkini

X