Pemerintah Dorong Kerja Sama dengan Sektor Swasta AS dalam Pemulihan Perekonomian Indonesia

photo author
- Kamis, 27 Oktober 2022 | 20:19 WIB
Foto Istimewa iNSulteng Pakar Ekonomi UI Fithra Faisal Hastiadi
Foto Istimewa iNSulteng Pakar Ekonomi UI Fithra Faisal Hastiadi

iNSulteng - Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi mengungkapkan perusahaan swasta lebih berpeluang masuk ke Indonesia dibanding pemerintahan.

"Pemerintahan Biden masih terlalu ragu-ragu dalam segala hal, sehingga saya tidak terlalu membayangkan ini akan bisa cepat," terangnya di Jakarta, hari ini.

Oleh sebab itu, Fithra menyarankan pemerintah Indonesia untuk mendorong kerja sama dengan sektor swasta AS. "Jadi pendekatannya harus lebih ke bisnis sih, ketimbang hanya ke pemerintah AS," tandasnya.

Baca Juga: 5 Mobil Pendatang Baru Diluncurkan 2 Bulan ke Depan, Salah Satunya Jeep, Menarik!

Baca Juga: Ngamuk, YAHAMA Jual 56 Ribu Yunit Motor FZ, R15, MT15, FZ25, Ini Daftarnya!

Menurutnya, pemerintah patut merealisasikan pemindahan basis produksi utama dari China ke Indonesia. Indonesia saat ini punya kelebihan input produksi sebagai dampak dari hilirisasi produksi yang dibutuhkan oleh industri.

"Seharusnya investasi ke depan bisa lebih banyak kita terima karena negara-negara di Barat, AS, EU juga sama seperti China, sedang kelimpungan mencari sumber daya," tegasnya.

Menurutnya, Indonesia dan ASEAN mendapati keuntungan atas dua faktor selama pandemi dan usai pandemi, yakni China Factor dan Relocation Factor.

Baca Juga: Bocor Ke Publik, Ini Detail Eksterior Toyota Innova Hycross-Zenix, Sunroof Dikonfirmasi, Keluar November 2022!

Baca Juga: Ini 2 Skenario Ketum Golkar Airlangga Hartarto Maju Pilpres 2024 sebagai Calon Pemimpin

Ekonomi China memang pulih lebih cepat dibanding negara lain, namun industri China masih belum optimal sehingga membutuhkan input produksi dari negara-negara di ASEAN. Sedangkan relocation factor terjadi pada negara selain China, seperti AS, EU, Jepang.

Negara-negara itu cenderung ingin memperlebar portofolio produksi dan investasi. Menurut Fithra, selama ini negara tersebut tergantung dengan China dalam jaringan rantai pasokan global (global supply chain network).

Tetapi karena risiko selama pandemi dan geopolitik membuat hal yang terlalu terkonsentrasi menjadikan mitigasi risiko menjadi lebih sulit dilakukan.

Baca Juga: Mahindra, Hero, Bajaj, TVS dan Honda Tidak Ikuti Auto Expo 2023, Kok Bisa?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Eka Putra Budiana Datu

Tags

Rekomendasi

Terkini

X