iNSulteng - Negara-negara anggota G20 akan menggelar KTT G20 tentang Perubahan Iklim COP26 di Glasgow, Inggris awal November mendatang. Indonesia termasuk salah satu negara yang ikut dalam KTT G20 itu.
Sementara Fondazione Centro Euro-Mediterraneo sui Cambiamenti Climatici (Fondazione CMCC) membuat ulasan tentang Indonesia yang terancam kerugian besar jika lintasan emisi gelombang panas terus tinggi.
"Indonesia Tidak Dapat Menanggung Kerugian Akibat Perubahan Iklim", begitu ulasan Fondazione CMCC yang dilihat iNSulteng di g20climatetisks.org, Jumat, 29 Oktober 2021. Seperti Indonesia Fondazione CMCC juga membuat ulasan negara-negara G20 terkait perubahan iklim.
Baca Juga: Hari Uang Nasional, Berikut Deretan Peristiwa yang Terjadi Tanggal 30 Oktober Dimulai 1864
Baca Juga: Heboh Pendirian Patung Soekarno di Semua Daerah, Fadli Zoon: Tak Perlu, Stop Glorifikasi!
Di laman twitter Climate Economics menyatakan bahwa laporan #G20Climate Atlas yang baru mengungkapkan bahwa – bila trajektori emisi terus tinggi seperti saat ini - #ClimateChange akan meningkatkan durasi gelombang panas di Indonesia hingga 79 kali lebih panjang pada tahun 2050.
Kembali ke ulasan Fondazione CMCC, disebutkan bahwa perubahan iklim akan merugikan Indonesia sebesar Rp673 triliun pada tahun 2050. Indonesia tak dapat menunggu lagi.
Fakta sainsnya sudah jelas. Ancaman yang timbul akibat perubahan iklim kian meningkat dari tahun ke tahun. Bagi Indonesia, dampaknya sudah sangat merusak.
Dalam kurun waktu 2000-2018, kematian terkait gelombang panas meningkat sebesar 180 persen. Angka ini merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Bukan hanya nyawa saja yang terancam, tetapi juga penghidupan. Jika kita tidak segera mengambil tindakan yang mendesak, kerugian akibat perubahan iklim akan memorak porandakan perekonomian Indonesia.
Gelombang panas dapat berlangsung hampir 8.000 persen lebih lama pada tahun 2050. Sehingga dapat mengancam produktivitas tenaga kerja di Indonesia dan menghancurkan sektor pertanian negara.
Kenaikan suhu laut berarti menyusutnya cadangan ikan yang dapat mendatangkan kerugian hingga Rp66 triliun. Adapun banjir di kawasan pesisir sebagai akibat kenaikan permukaan laut dapat menghancurkan infrastruktur hingga Rp632 triliun.
Jika tingkat karbon tetap tinggi, tingkat kemiskinan di Indonesia dapat meningkat menjadi 4,4 persen pada tahun 2050. Dan akan meningkat lagi menjadi setidaknya 13 persen pada tahun 2100. Angka ini enam kali lebih tinggi dibandingkan krisis ekonomi akibat virus korona.
Kita masih dapat menghentikan dampak terburuk dan menyelamatkan Indonesia dari kerugian. Bersama negara lain, Indonesia dapat membangun perekonomian dunia yang lebih bersih dan lebih berkelanjutan, melindungi perekonomiannya dari guncangan iklim, dan menciptakan jutaan lapangan pekerjaan yang layak. Hal itu dapat terjadi jika para pejabat yang berwenang mengambil tindakan sekarang juga.