iNSulteng - Indonesia kembali kehilangan sosok tokoh yang semasa hidupnya dihabiskan untuk membangun NKRI, yakni Anre Gurutta Haji Sanusi Baco, Mustasyar PBNU dan Rais Syuriah PWNU Sulawesi Selatan yang wafat pada 3 Syawal 1442 H.
Ada beberapa kisah menarik yang dikutip iNSulteng.com dari nu.or.id .
Gurutta Sanusi Baco lahir di Maros, 4 April 1937 dengan nama Sanusi. Putra kedua dari enam bersaudara dari seorang ayah bernama Baco.
Baca Juga: Akan Tinggalkan Real Madrid, Zidane: Saya Tidak Tahu Apa Yang Akan Terjadi
Ketika beranjak muda, namanya dinisbatkan kepada ayahnya menjadi Sanusi Baco. Pada zaman Jepang, Sanusi kecil menjadi perawat kuda tentara Jepang di Maros. Sementara ayahnya adalah seorang mandor.
Setelah merasa cukup dengan belajar kepada beberapa guru ngaji di desanya, Gurutta Sanusi Baco kemudian mondok di Darud Da'wah wal Irsyad (DDI) Ambo Dalle selama delapan tahun. Setelah lulus aliyah pada tahun 1958, Gurutta Sanusi Baco hijrah ke Makassar dan mengajar ngaji di beberapa tampat.
Saat itulah, Gurutta Sanusi Baco mendapat kesempatan meraih beasiswa dari Departemen Agama untuk kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Di negeri piramid itu, Gurutta Sanusi Baco mulai bersahabat dengan Gus Dur dan Gus Mus (KH Musthofa Bisri).
"Saya adalah teman seperjalanan Gus Dur ketika naik kapal menuju Kairo untuk kuliah di sana. Perjalanannya satu bulan dua hari. Membosankan sekali. Untung ada Gus Dur yang selalu bercerita menghibur," kata Gurutta Sanusi Baco mengenang Gus Dur.
Baca Juga: Nekat Hina Jokowi di Twitter, Mustafa Kamal Bisa Dijerat Dengan Pasal Ini
Pada tahun 1967, Gurutta Sanusi Baco berniat untuk melanjutkan kuliah S-2 di Al-Azhar.
Namun terpaksa ditarik pulang ke tanah air oleh pemerintah Indonesia karena Gurutta Sanusi Baco mendaftar sebagai tentara sukarela untuk berperang melawan Israel. Persahabatannya dengan Gus Dur membuat Gurutta Sanusi Baco bertekad untuk berkhidmah di NU.
Setelah kembali ke Makassar, aktivitasnya adalah mengajar di Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan mulai diminta mengajar ngaji serta ceramah di berbagai daerah. Tak lama kemudian, Gurutta Sanusi Baco diangkat sebagai dosen negeri di Fakultas Syariah IAIN Sultan Hasanuddin Makasar.
"Waktu itu Gus Dur sempat datang ke Makassar. Saya menjemputnya di bandara dengan sepeda motor vespa. Ternyata vespanya mogok, akhirnya saya naik vespa dan Gus Dur yang mendorongnya. Setelah bisa jalan baru kami berkeliling kota Makassar," kenang ayah dari delapan anak ini.
Baca Juga: Info Terbaru BLT BPJS ketenagakerjaan, Tidak Lama Lagi Cair
Semangat Dakwah Tak Kenal Usia Perjuangan dakwahnya juga dilalui bersama Haji Kalla (ayah Jusuf Kalla).