Mengungkap Tujuan Dilakukannya Penelitian Mengenai Potensi Tsunami 20 di Selatan Jawa

photo author
- Senin, 5 Oktober 2020 | 13:07 WIB
Ilustrasi tsunami. (/pixabay/kellepics)
Ilustrasi tsunami. (/pixabay/kellepics)

iNSulteng - Masyarakat kini terus dibayangi dengan ancaman gempa besar yang berpotensi tsunami di selatan Pulau Jawa, tidak sedikit masyarakat yang panik dengan kabar tersebut, terlebih untuk mereka yang tinggal di wilayah pesisir.

Mengenai potensi gempa dan tsunami tersebut, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa penelitian mengenai gempa bumi dan tsunami di Indonesia perlu selalu didukung.

Yang perlu dipahami, penelitian seperti ini sangat perlu dilakukan bukan untuk menimbulkan kepanikan masyarakat, namun diperlukan untuk penguatan sistem mitigasi bencana di Indonesia.

Baca Juga: UGM Temukan Alat Pendeteksi Gempa 14 Hari Sebelum Kejadian

 
 

"Bukan untuk menimbulkan kecemasan dan kepanikan masyarakat, namun untuk mendukung penguatan sistem mitigasi bencana, sehingga kita dapat mengurangi atau mencegah dampak dari bencana itu, baik jatuhnya korban jiwa maupun kerusakan bangunan dan lingkungan," jelasnya Dwikorita dalam siaran persnya di laman resmi BMKG.

Dwikorita Karnawati juga menerangkan, bahwa penelitian ini bukan yangg pertama kali, beberapa tahun sebelumnya para peneliti juga pernah melakukan kajian mengenai pontensi terjadinya tsunami di Pantai Selatan Jawa yang dapat mencapai ketinggian 20 meter, dan disebabkan gempa bumi di zona megathrust.

Baca Juga: Heboh Selatan Jawa Akan di Sapu Tsunami 20 Meter, Benarkah?

Dikutip dari lingkarkediri.com yang berjudul "Mengungkap Tujuan Dilakukannya Penelitian Mengenai Potensi Tsunami di Selatan Pulau Jawa" Metode, pendekatan, dan asumsi dalam setiap penelitian tersebut berbeda-beda, namun hasilnya kurang lebih tetap sama, yaitu potensi terjadinya tsunami dengan ketinggian kurang lebih 20 meter, dan dari pusat terjadinya gempa menuju ke pantai, gelombang tsunami membutuhkan waktu 20 menit.

Pada penelitian sebelumnya dilakukan oleh Widjo Kongko pada tahun2018, Ron Harris pada tahun 2017 sampai tahun 2019, dan yang terakhir oleh tim lintas lembaga yang dipimpin oleh ITB dan didukung oleh BMKG. Hasil dari ketiga penelitian tersebut sangat diperlukan guna menguatkan sistem mitigasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami.

Baca Juga: Tudingan Manipulasi Data Kematian Covid 19 di Rumah Sakit oleh Moeldoko, Simak 6 Faktanya

Pasalnya, wilayah yang memiliki potensi gempa bumi dan tsunami di Indonesia bukan hanya pantai selatan Jawa, namun sepanjang pantai yang menghadap Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, maupun pantai yang berdekatan dengan patahan aktif yang berada di laut busur belakang ‘back arc thrusting’ berpotensi terjadi gempa bumi maupun tsunami.

Baru-baru ini, penelitian dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) yang didukung oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika  (BMKG), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan Badan Informasi Geospasial (BIG).

Baca Juga: Ngeri!, Banjir di Sukabumi Mirip Tsunami

Penelitian tersebut menggunakan dasar analisis data-data kegempaan BMKG dan pemodelan tsunami dengan beberapa skenario. Skenario terburuk adalah jika terjadi gempa bumi secara bersamaan di 2 segmen megathrust yang ada di selatan Jawa bagian Barat dan Selatan Jawa bagian Timur.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Selvanti

Tags

Rekomendasi

Terkini

X