iNSulteng- Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa dengan potensi pemilih sekitar 16% dari total pemilih di Indonesia.
Besarnya potensi pemilih di Jawa Timur ini menjadi daya tarik tersendiri terutama menjelang Pemilihan Umum Presiden.
Berdasarkan hasil empat Pilpres sejak 2004 hingga 2019, pemenang Pilpres selalu merupakan pasangan yang juga unggul di Jawa Timur selain di wilayah potensial lain.
Baca Juga: Angkat Bicara Soal Penyelewengan di Depen BUMN: Erick Thohir, Biadab Harus Dihukum
Artinya, Jawa Timur merupakan salah satu kunci kemenangan dalam Pilpres. Untuk memenangkan Pilpres, tidak bisa tidak, pasangan calon dan timnya harus memperhitungkan Jawa Timur sebagai salah satu prioritas.
Berbicara mengenai perilaku memilih di Jawa Timur, tidak bisa dilepaskan dari organisasi massa terbesar di Indonesia: Nahdlatul Ulama (NU).
Jawa Timur sejak dulu merupakan basis NU, dan arah dukungan NU turut menentukan pilihan warga Jawa Timur. Meski seringkali NU tidak secara resmi mendukung salah satu pasangan dalam Pilpres, namun warga membaca keberpihakan para kyai NU dan menjadikannya salah satu pertimbangan dalam memilih.
Mengetahui kecenderungan tersebut, para calon pun berebut dukungan NU menjelang pemilu, baik dengan mengusung calon berlatar belakang NU atau mengunjungi para kyai NU untuk menunjukkan kedekatan, dengan harapan gerbong kyai NU akan ikut tergerak untuk mendukung calon tersebut.
Prabowo Subianto yang saat ini telah di deklarasikan oleh Partai Gerindra Beserta Partai Koalisi yakni diantaranya Partai Golkar, Partai PAN Partai Gelora serta Partai Demokrat pun pada dasarnya membutuhkan pasangan Calon Wakil Presiden yang memiliki kekuatan elektoral di Jawa Timur.
Pada forum diskusi publik yang dilaksanakan Hari Kamis Tanggal 05 Oktober 2023 di Ampi Teater FAHUM UIN Surabaya Kota Surabaya, Prof. Hj Mutimmah Faidah, M. Ag yang merupakan Pengasuh Ponpes Mahasiswa UNESA Dan dalam diskusi tersebut mengatakan pentingnya para kandidat cawapres mulai melirik kelompok perempuan sebagai basis suara yang potensial.
Hal tentu tanpa alasan, karena sebagian besar keputusan di pondok pesantren kurang lebih terdapat intervensi Bu Nyai.
Selain itu, perlu diperhatikan juga beberapa poin yang wajib dimiliki oleh cawapres yakni track record yang clean and clear, amanah, Fathonah dan berwibawa.
Langkahnya sangat mudah, yakni perlu didekati Fatayat dan muslimat. Dan kebetulan Pak Erick terlihat minggu lalu hadir pada agenda Apel Akbar Fatayat yang dilaksanakan di Surabaya, Jawa Timur.