Ketika anak dinilai sering melakukan kekerasan, perlu dilihat lagi apakah anak merasa tidak nyaman di suatu tempat sehingga ia membutuhkan teman-temannya yang melakukan kekerasan agar dirinya merasa aman.
Jika memang iya, maka orang tua harus ikut turun tangan untuk mendampingi serta memberikan pengertian kepada anak terkait sifat kekerasan tersebut.
Baca Juga: HP Samsung A14 5G Terbaru di Tahun 2023, Harga Cuma 2 Jutaan, Intip Yuk Spesifikasinya
4. Eksistensi
Tidak hanya orang dewasa, anak pun kadang juga memerlukan validasi serta eksistensi untuk merasa diterima di lingkungannya.
Jika anak ingin menunjukkan eksistensinya melalui jalan kekerasan, maka hal yang harus kembali diperhatikan yaitu konsep diri yang dimiliki sang anak.
Sejatinya, anak harus diberikan keyakinan bahwa dirinya berharga. Tidak berprestasi di bidang A, bukan berarti anak juga tidak berprestasi di bidang B,C, D, dan bidang-bidang lain.
“Kalau dia tidak berprestasi di sekolah, sebetulnya dia bisa saja berprestasi misalnya di olahraga, seni, dan sebagainya. Tapi hal itu tidak dia lihat dan orang-orang di sekitarnya, terutama orang tuanya tidak menunjukkan kelebihan anak itu, sehingga apa yang dia dapat gambaran tentang dirinya mungkin sesuatu yang negatif-negatif terus,” tutur Romi.
Apabila perasaan negatif tersebut menghantui sang anak terus menerus, maka sang anak akan merasa kurang percaya diri.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka orang tua diharapkan bisa menunjukkan kepada anak bahwa Ia memiliki potensi lain selain menjadi anak yang suka kekerasan dan sebagainya.***