iNSulteng - Direktur Konstruksi dan Pengembangan MGPA, Dwianto Eko Winaryo mengungkapkan aspal yang digunakan untuk lintasan Sirkuit Internasional Mandalika menggunakan aspal terbaru Stone Mastic Asphalt (SMA) dan disebut merupakan yang terbaik di dunia bahkan mengalahkan Sirkuit Sepang, Malaysia.
"Tidak semua sirkuit di dunia menggunakan aspal jenis ini. Karena produknya baru keluar 2015. Yang sudah itu baru Silverstone, Dubai, dan Philip Island. Sepang pun belum karena dibangun 2012 pada saat itu belum ada aspal seperti ini (Mandalika,red)," ujarnya pada seremoni penyelesaian pekerjaan pengaspalan dan serah terima pertama pembangunan Mandalika Street Circuit yang digelar di area tikungan 2 dan 3 di The Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu 15 Agustus 2021.
Baca Juga: BSU BPJS Ketenagakerjaan Sudah Ditransfer ke Rekening Pekerja, Simak Penjelasan Resmi BPJAMSOSTEK
Baca Juga: Kode Redeem FF Senin 16 Agustus 2021, Buruan Klaim dan Dapatkan M82B Penghancur Gloo Wall Gratis
Dwianto menjelaskan, SMA merupakan bahan campuran aspal dan digunakan untuk melapisi permukaan atas aspal. Lapisan aspal ini diperuntukkan demi memperkuat struktur lapisan permukaan lintasan agar tetap kuat dengan prinsip kontak stone by stone untuk memperkuat struktur lapisan. Karena stone by stone sehingga volume aspalnya sedikit.
"Ini type aspal yang memiliki daya penetrasi tinggi atau Penetration Grade (PG) 82. Dan PG 82 ini baru keluar 2014-2015, sehingga tidak semua sirkuit di dunia menggunakan aspal ini," ujarnya.
Ia menyatakan, ada sejumlah keunggulan memakai aspal Stone Mastic Asphalt ini. Salah satunya pebalap tidak mudah tergelincir saat kondisi hujan. Hal ini akan mengurangi risiko pengendara terjatuh saat melintas di trek basah.
Baca Juga: Syarat Naik Pesawat Terbaru, Buka Hanya Menyertakan Sertifikat Vaksin
Baca Juga: 17 Agustus 2021 Bank Tutup, Apakah BSU Gaji Ditransfer, Simak di Sini
Untuk mendukung penggunaan SMA ini, pihaknya mendatangkan batu Tau agregat kasar dari Palu, Sulawesi Tengah. Di mana batu Palu terkenal dengan kekerasannya.
"Tapi untuk aspal lapisan bawah kita menggunakan batu dari Lombok Utara dan Lombok Timur," ujarnya.
Untuk mendatangkan batu dari Palu, dilakukan secara bertahap, tahap pertama 4.000 ton dan tahap ketiga 3.000 ton, sehingga semuanya 7.000 ton.
Selain itu, pihaknya juga mendatangkan Additives Cellulose Fiber dari Jerman untuk bisa merekatkan batu dan aspal serta Limestone filler yang berasal dari Ponorogo dan Probolinggo, Jawa Timur.
Baca Juga: Lengkapi Ini Agar BSU Gaji Karyawan Rp1 Juta Cair, Ikuti Langkahnya