iNSulteng - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan kunjungan ke Arab Saudi. Langkah ini diharapkan memulai periode baru hubungan antara Ankara dan Riyadh.
Erdogan juga berharap hal ini akan meningkatkan hubungan yang didasari rasa saling menghormati dan percaya. Menurut laporan Al-Jazeera, pesawat Erdogan mendarat di kota kedua Arab Saudi Jeddah pada Kamis malam.
Sebelum berangkat, Erdogan mengatakan dia yakin peningkatan kerja sama di bidang kesehatan, energi, ketahanan pangan, industri pertahanan, dan keuangan akan saling menguntungkan kedua negara.
Baca Juga: Ayah Bobby Nasution Wali Kota Medan Ternyata Bukan Orang Sembarangan, Ini Profilnya!
Di sana, Erdogan akan bertemu dengan penguasa de facto negara itu, Putra Mahkota Mohammed Bin Salman (MBS). Selain bertemu Putra Mahkota MBS, Erdogan akan bertemu Raja Salman bin Abdulaziz.
“Semua aspek hubungan antara Türkiye [Turki] dan Arab Saudi akan ditinjau, dan langkah-langkah yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama antara kedua negara akan dibahas pada pembicaraan yang akan diadakan sebagai bagian dari kunjungan,” ucap kepresidenan Turki, dilansir iNSulteng dari Al-Jazeera, Jumat 29 April 2022.
“Pandangan tentang masalah regional dan internasional akan dipertukarkan,” tambahnya.
Pertemuan ini disinyalir akan menjadi puncak dari upaya selama berbulan-bulan dalam memperbaiki hubungan, terlebih Turki sedang berupaya mengurangi kesengsaraan ekonomi yang menjalar di negaranya.
Sebagai informasi, Turki bulan ini memutuskan untuk menangguhkan persidangan 26 warga Saudi yang dituduh dalam pembunuhan kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi oleh agen Saudi di Turki.
Keputusannya untuk mentransfer kasus ke Arab Saudi menghilangkan hambatan utama untuk meningkatkan hubungan dan kunjungan Erdogan.
Diketahui bahwa kasus ini menjadi momok menakutkan bagi putra mahkota Saudi setelah penilaian intelijen AS menyimpulkan bahwa ia kemungkinan telah memerintahkan operasi tersebut.
Namun Pangeran telah membantah terlibat, meskipun dia mengatakan bahwa dia menerima tanggung jawab atas pembunuhan itu, sebagai penguasa de facto Arab Saudi.
Pada November 2018, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pembunuhan itu "direncanakan" dan bahwa perintah untuk membunuh Khashoggi datang dari "tingkat tertinggi" pemerintah Saudi.