Para analis mengatakan dampaknya terhadap pendapatan Toyota kemungkinan akan terbatas mengingat ukuran perusahaan induknya.
“Penghentian produksi selama satu bulan, misalnya, akan menghasilkan 120.000 kendaraan dan berarti pengurangan pendapatan sebesar 240 miliar yen (1,68 miliar dolar AS) untuk Toyota,” tulis analis otomotif Nomura Masataka Kunugimoto dalam sebuah laporan.
“Dampak yang lebih besar mungkin akan menimpa pemasok Daihatsu. Rantai pasokan perusahaan di Jepang terdiri dari 8.316 perusahaan yang menghasilkan penjualan tahunan sebesar 2,21 triliun yen dari Daihatsu,” kata Teikoku Databank dalam sebuah laporan.
Saham produsen suku cadang Metalart , yang memiliki hubungan kuat dengan Daihatsu, anjlok 10 persen.
Pelanggaran Daihatsu menuai kritik dari pemerintah, dan Kementerian Perhubungan mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan sanksi administratif termasuk pencabutan sertifikasi produksi Daihatsu tergantung pada hasil penyelidikannya.
“Ini adalah kasus yang sangat disesalkan karena merusak kepercayaan pengguna mobil dan merupakan pelanggaran yang berdampak pada fondasi sistem sertifikasi mobil,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi kepada wartawan.
Daihatsu mengatakan akan mempertimbangkan dukungan finansial dan ganti rugi bagi pemasoknya.
Secara terpisah, Toyota mengatakan akan menarik kembali 1,12 juta kendaraan di seluruh dunia, terutama di Amerika Serikat, untuk memperbaiki sensor yang rusak yang dapat menyebabkan kantung udara tidak mengembang sesuai rencana.
Saham afiliasi Toyota dan pemasok suku cadang Aisin , yang memproduksi sensor tersebut dan merupakan pemasok utama Daihatsu, kehilangan 3,9 persen.
Saham Suzuki Motor, rival utama Daihatsu di pasar kendaraan mini Jepang, naik 2,1 persen.***