Lensa telefoto bahkan mendukung zoom optik lima kali, sementara aperture utama F1,67 menjanjikan hasil foto low light yang lebih konsisten.
Salah satu sektor paling menampar Apple adalah baterai. Xiaomi 17 Pro hadir dengan baterai 6.300 mAh, mendukung fast charging 100 watt plus wireless charging 50 watt.
Varian Pro Max bahkan dikabarkan membawa baterai 7.500 mAh, angka yang terdengar gila untuk ukuran flagship.
Meskipun Apple selalu mengandalkan optimalisasi software untuk daya tahan baterai, publik tetap membandingkan angka mentah ini, dan angka besar selalu lebih seksi di mata konsumen awam.
Di titik inilah narasi awal kehancuran iPhone mulai relevan. Bukan berarti Apple langsung runtuh begitu saja, tetapi Xiaomi 17 Pro berhasil membuka celah kelemahan Apple yang selama iniditutup rapat dengan branding premium.
Baca Juga: Transisi Energi PLN di RUPTL 2025-2034: Janji Hijau yang Masih Menunggu Waktu
Baca Juga: Memahami Perbedaan Transmisi CVT dan Manual: Pilihan Terbaik untuk Kendaraan Anda!
Satu hal yang membuat Apple masih dominan adalah ekosistemnya yang mulus. Namun, dengan HyperOS yang semakin matang, Xiaomi mencoba membangun narasi ekosistem versi mereka.
Laptop, tablet, hingga mobil listrik mereka mulai terkoneksi dengan sistem yang sama. Ini adalah ancaman nyata.
Jika dulu pengguna iPhone enggan pindah karena takut kehilangan ekosistem, kini perlahan-lahan alasan itu mulai terkikis.
Peluncuran Xiaomi 17 Pro di Tiongkok disambut antusias, terutama karena berbarengan dengan penjualan iPhone 17.
Media lokal menggambarkan antrean Apple Store yang terpecah karena sebagian konsumen justru penasaran dengan flagship Xiaomi.
Penjualan perdana Xiaomi 17 Pro berhasil mempersempit ketinggalannya dengan iPhone 17 Pro.
Jadi, apakah rilis Xiaomi 17 Pro benar-benar menjadi awal kehancuran iPhone? Jawabannya mungkin belum sekarang, tetapi jelas ini adalah titik penting di mana Apple tidak lagi bisa santai.***