iNSulteng – Ada dua perbedaan mendasar dari seorang penceramah, yakni ada alim ulama (penfatwa) dan ada pula seorang dai.
Seorang dai adalah yang mengajarkan kebaikan dan menyampaikan kepada orang lain, sedangkan alim ulama (pemberi fatwa) adalah yang berijtihat, baik ijtihatnya bersumber dari sunah, alqur’an, ijma, qiyas dan sebagainya, lalu disampaikan kepada orang lain.
“Jadi jika ada yang mengajak kepada kebaikan meski bukan bagian dari dai, misalnya orang biasa namun memiliki kebaikan-kebaikan pada dirinya, itu bisa diambil pelajaran dan hikmahnya,” sebut ustad Abdul Somad.
Baca Juga: Kode Redeem FF 1 Menit Lalu 22 Oktober 2021, Ada FAMAS Moonwalk dan Flaming Red Weapon Loot Crate
“Mengajak kebaikan itu adalah kewajiban kita semua dan kita termasuk bagian dari dai tadi,” sambungnya.
Sebelum menjadi orang baik, meskipun belum terlihat baik, namun jika ada sesuatu kata yang baik lantas disampaikan kepada orang lain, itu wajib untuk didengarkan dan diikuti.
“Jangan lihat siapa yang berkata tetapi lihatlah apa yang disampaikannya,” sambung ustad Abdul Somad.
Baik dia seorang pelawak, seorang seniman, preman tobat, musisi, jika masih ada yang tertanam dalam dirinya nilai-nilai kebaikan, kita tetap mengikutinya.
“Kemulian adalah cerminan pada diri kita, berusahalah untuk menjadi baik, meskipun kita belum sempurna dalam kebaikan,” kata ustad Abdul Somad.
Siapakah manusia yang sempurna di muka bumi ini, tidak lain adalah baginda Rasulullah SAW.
Sementara kita, bukan nabi, bukan rasul, tidak berhak mengatakan diri kita paling sempurna.
Untuk itu, siapa pun diri kita, jika masih tertanam nilai kebaikan, teruslah mengajak kepada kebaikan, khususnya mengajak kebaikan di dalam rumah tangga kita terdahulu baru kemudian orang lain.***
Penulis : Mohammad Rizal