iNSulteng - Dunia sedang dihantam tingginya harga minyak mentah dunia yang sampai pada saat ini masih nyaman berada di atas level US$ 100 per barel.
Hal itu tentunya turut memicu lonjakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah negara tak terkecuali di Amerika Serikat (AS), Eropa dan juga Asia.
Di Indonesia sendiri harga BBM yang dijual PT Pertamina (Persero) masih di bawah harga keekonomian. Ambil contoh harga RON 95 atau Pertamax Turbo yang hanya Rp 14.500 - Rp 14.800 per liter.
Sedangkan harga Pertamax mencapai Rp 12.500 per liter dan harga Pertalite mencapai Rp 7.650 per liter.
Harga BBM milik Pertamina itu pun masih jauh lebih rendah ketimbang harga BBM yang dijual oleh kompetitor di Indonesia seperti Shell. Shell Super di banderol seharga Rp 17.500 per liter, sedangkan shell V Power Rp 18.500.
Dikutip media iNSulteng.com Selasa, 30 Agustus 2022 dari Kemenkeu Republik Indonesia bahwa saat ini Pemerintah telah membuat kebijakan subsidi untuk energi yaitu:
1. Kebutuhan subsidi dan kompensasi energi di tahun 2022 bertambah dari 502,4 T (alokasi APBN sesuai Perpres 98/2022) menjadi 698 T (proyeksi kebutuhan saat ini),
2. Volume konsumsi meningkat dengan rincian:
a. Pertalite dari 23,05 juta kilo liter menjadi 29,07 juta kilo liter
b. Solar dari 15,1 juta kilo liter menjadi 17,44 juta kilo liter.
Sementara dari anggaran subsidi energi tersebut sebesar Rp.502 Trilyun setara dengan membangun:
_1. *3.333 Rumah Sakit dengan biaya Rp.150 M/RS;*_
2. *_227.886 gedung SD dengan biaya Rp.2,19 M/SD;*_
3.*_3.501 Km ruas tol baru dengan biaya Rp.142,8 M/Km; serta*_
4.*_41.666 Puskesmas dengan biaya Rp.12 M/unit.*_
Berikut faktor penyebab harga minyak dunia melambung tinggi seperti dilansir dari berbagai sumber: