iNSulteng - Polisi di Rusia telah menangkap lebih dari 2.000 pengunjuk rasa anti-perang di seluruh negeri, kata seorang pemantau independen, pada hari keempat invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.
OVD-Info, yang mendokumentasikan tindakan kekerasan terhadap oposisi Rusia, mengatakan sebanyak 2.114 pengunjuk rasa ditangkap pada Minggu 27 Februari 2022.
Pengawas hak asasi manusia mengatakan lebih dari 5.000 demonstran ditahan di seluruh negeri sejak Presiden Putin melancarkan perang terhadap Ukraina.
Baca Juga: 5 Alasan Presiden Rusia Vladimir Putin Serang Ukraina
Baca Juga: Imbas Perang Rusia-Ukraina, Taipan Roman Abramovich Lepaskan Chelsea
"ni membuat jumlah pengunjuk rasa yang ditangkap sejak Putin melancarkan invasi pada Kamis dini hari menjadi 5.250," kata pemantau itu sepeerti dilansir Al Jazeera
Di Moskow, jumlah polisi anti huru hara yang berjaga bahkan melebihi jumlah pengunjuk rasa, beberapa di antaranya membawa plakat tulisan tangan dengan tanda perdamaian dan slogan anti-perang dalam bahasa Rusia dan Ukraina.
Seorang reporter saluran televisi independen Dozhd ditangkap selama protes meskipun menunjukkan akreditasinya kepada polisi dan mengenakan rompi pers.
Di luar department store Gostiny Dvor kelas atas di pusat kota Saint Petersburg, ratusan pengunjuk rasa anti-perang berdiri bersama, bergandengan tangan dan bernyanyi.
Banyak yang memegang poster bertuliskan “Tidak untuk perang”, “Rusia pulang” dan “Damai untuk Ukraina”.
“Sayang sekali ada ratusan, mungkin ribuan, dari kita dan bukan jutaan,” kata insinyur berusia 35 tahun Vladimir Vilokhonov, yang ikut serta dalam protes tersebut.
Pemrotes lain, Alyona Stepanova, 25, datang ke protes dengan tas yang dikemas untuk berjaga-jaga jika "kami dibawa pergi".
Baca Juga: Gegara Putin Serang Ukraina, Polandia dan Swedia Tolak Bertanding Lawan Rusia
Baca Juga: Korea Utara Tembakkan Rudal ke Laut Jepang, Siap Bantu Rusia atau Ukraina?