Sekjen PBB desak Para Pemimpin Dunia Deklarasikan 'Darurat Iklim', Memangnya Ada Apa?

photo author
- Minggu, 13 Desember 2020 | 21:21 WIB
Sekjen PBB Antonio Guterres.*
Sekjen PBB Antonio Guterres.*

iNSulteng - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak semua negara untuk mendeklarasikan "darurat iklim" pada Sabtu, kala para pemimpin dunia memperingati tahun ke-5 perjanjian iklim Paris dengan kebanyakan membuat janji tambahan yang relatif terhadap skala krisis.

Guterres menyerukan deklarasi darurat iklim itu pada sebuah konferensi tingkat tinggi yang bertujuan untuk membangun momentum di balik kesepakatan Paris, yang pada beberapa bulan belakangan ini terombang-ambing oleh komitmen yang diperbaharui oleh China serta prospek kembalinya Amerika Serikat ke dalam pakta, di bawah Presiden-terpilih Joe Biden.

Baca Juga: GAWAT! Mulai 16 Desember Sebagain Besar Toko di Jerman Bakal Ditutup

Meski demikian, alih-alih dobrakan kebijakan-kebijakan baru untuk mempercepat berakhirnya minyak fosil, puluhan pemimpin yang memberikan pernyataan kebanyakan menawarkan perubahan-perubahan terhadap komitmen yang telah ada atau menjanjikan langkah-langkah yang lebih berani sebelum pembicaraan penting yang dijadwalkan berlangsung di Glasgow pada akhir 2021.

"Apakah masih ada yang dapat menolak kenyataan bahwa kita tengah menghadapi keadaan darurat?" kata Guterres yang juga merupakan mantan perdana menteri Portugal yang telah menjadikan perubahan iklim sebagai isu utamanya, melalui sebuah video.

Baca Juga: Pilkada Sulteng 2020, PSU Digelar di Touna

"Inilah mengapa hari ini, saya mendesak semua pemimpin di seluruh dunia untuk mendeklarasikan Keadaan Darurat Iklim di negara mereka hingga tingkat netralitas karbon dapat dicapai."

Dengan dampak perubahan iklim yang semakin mencolok sejak penandatanganan kesepakatan Paris - mulai dari kebakaran hutan di Australia dan California hingga lempengan es yang meleleh - tekanan semakin dibebankan kepada para pemimpin untuk mengindahkan peringatan dari para ilmuwan.

Baca Juga: Begini Kabar Sang Ibu di Nias Utara Setelah Bunuh Tiga Anak Kandungnya yang Masih Balita

Inggris, yang merupakan salah satu penyelenggara, menjadi negara yang menyatakan salah satu komitmen yang paling jelas, dengan mengumumkan pada Jumat malam akan menghentikan dukungan langsung pemerintah untuk proyek-proyek minyak fosil di luar negeri.

Para juru kampanye memuji langkah yang menekan ekonomi G7 lainnya untuk membatasi dukungan untuk perusahaan-perusahaan minyak dan gas.

Baca Juga: Nekat Sebar Vidio Pengancaman Menkopolhukam, Empat Pelaku Terancam 10 Tahun Penjara

Janji-janji yang diperbaharui untuk mendukung Paris dari negara-negara seperti India, Jerman, dan Prancis disambut dalam semangat menjaga hidupnya harapan atas aksi yang lebih cepat untuk menempuh tantangan monumental untuk mengurangi emisi global hingga setengahnya, sejalan dengan perjanjian Paris, alih-alih disambut untuk substansi janji-janji itu sendiri.

KEKECEWAAN ATAS BATU BARA

Presiden China, Xi Jinping, yang mengejutkan berbagai pihak pada bulan September saat dia mengumumkan bahwa produsen emisi terbesar dunia yang memanaskan iklim itu akan menjadi netral atas karbon pada 2060, dan mengungkap target untuk mempercepat ekspansi pembangkit listrik tenaga angin dan surya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Marhum

Tags

Rekomendasi

Terkini

X