ekonomi

Trend Surplus Perdagangan Diprediksi Akan Berlanjut

Selasa, 18 Oktober 2022 | 18:49 WIB
Trans Surplus. Foto: desain grafis/iNSulteng.com

iNSulteng - Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, surplus perdagangan masih akan berlanjut dengan trend yang terus menyusut atau mengecil. Hal ini dikarenakan impor akan terus mengimbangi ekspor di tengah percepatan pemulihan ekonomi.

“Saat ini nilai impor diperkirakan akan terus mengimbangi ekspor di tengah percepatan pemulihan ekonomi, yang menyebabkan peningkatan permintaan domestik, terutama untuk bahan baku dan barang modal impor (dua kelompok impor menyumbang sekitar 90% dari total impor),“ Kata Faisal hari ini 18 Oktober 2022. Kebijakan pemerintah untuk melonggarkan berbagai batasan juga akan meningkatkan impor.

“Pelonggaran PPKM, telah meningkatkan mobilitas masyarakat yang dapat meningkatkan impor minyak. Sementara itu, tren kenaikan sebagian besar harga komoditas terlihat tertahan di tengah peningkatan ketakutan akan resesi global yang bersumber dari lonjakan inflasi, yang dapat melemahkan permintaan global. Hal ini memberikan risiko melemahnya kinerja ekspor,“ jelas Faisal.

Baca Juga: Jeep Wrangler Rubicon Versi Rakyat Harga Setara Avanza Rp200 Jutaan Siap Debut di Indonesia?, Sikat!

Baca Juga: SMA MUHI Buka 2 Program Internasional Untuk Siswa Baru Tahun 2023-2024, Ini Linknya!

Namun dari sejumlah harga komoditas yang terdampak, permintaan komoditas berbasis nikel tetap tinggi. Faisal optimis, surplus perdagangan masih akan berlanjut dengan tren yang terus menyusut atau mengecil. Ini akan membawa kabar baik untuk neraca transaksi berjalan.

“Komponen penyumbang surplus terbesar pada neraca transaksi berjalan adalah neraca barang yang sejalan dengan neraca perdagangan. Neraca dagang diperkirakan masih surplus sampai akhir tahun, jadi ini masih memungkinkan untuk neraca transaksi berjalan mencatatkan surplus,” ungkap Faisal.

Diproyeksikan neraca transaksi berjalan 2022 berpotensi mencatat surplus sekitar 0,45% dari PDB (dibandingkan. 0,28% dari PDB pada tahun 2021).

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di kuartal 4 diperkirakan makin kuat, meski tertekan inflasi. “Secara musiman pola konsumsi akan naik pada Q4 dan ditambah dengan pelonggaran PPKM dapat menjadi momentum. Tapi memang kenaikan bisa tertahan akibat tekanan inflasi,” tandas Faisal.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan optimisme pemulihan perekonomian nasional tetap terjaga meski di tengah gejolak tantangan global. Hal tersebut seiring dengan perbaikan indikator pada berbagai sektor.

Salah satu sektor yang menunjukkan perbaikan signifikan yakni konsumsi dan investasi yang ditandai dengan menguatnya daya beli masyarakat, terjaganya indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan penjualan eceran, terjaganya PMI manufaktur pada level ekspansi, serta kredit perbankan yang tumbuh di atas 10% sejak Juni 2022.

“Kerja sama semua pihak termasuk swasta, patut kita syukuri karena Indonesia mampu tumbuh di atas 5 persen selama 3 kuartal terakhir dan berharap di kuartal III dan IV mampu menargetkan pertumbuhan di atas 5 persen sehingga secara year on year di akhir tahun kita targetkan 5,2%,” ungkap Ketum Golkar itu.

Sektor Swasta

Sementara itu, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan terjaga. Hal itu didasarkan pada gambaran perkembangan ekonomi terakhir terutama di triwulan III dan tantang yang mungkin muncul di triwulan IV.

Halaman:

Tags

Terkini