Selain jalur evakuasi, yang terpenting menurut Ma'muri adalah edukasi terhadap masyarakat saat terjadi tanda-tanda bencana.
Khusus untuk tsunami, masyarakat diharapkan mengingat rumus 20 20 20.
Rumus ini berarti, jika terjadi gempa lebih dari 20 detik, warga punya waktu 20 menit untuk mengungsi ke tempat dengan ketinggian di atas 20 meter.
Baca Juga: Catat! ASN Dilarang Cuti dan Bepergian Selama Libur Maulid Nabi 18-22 Oktober 2021
Baca Juga: Baim Wong Marahi Kakek Suhud, PAD: Tidak Patut, Bisa Dipidana
"Edukasi 20 20 20 tepat, tapi yang terpenting harus secara kontinyu (berkelanjutan), sebab terjadinya kapan kita tidak tahu," katanya.
Menurut catatan sejarah, pada 1818 pernah terjadi tsunami di selatan Jawa Timur. Ma'muri menyebut gempa di pesisir selatan Jawa Timur merupakan siklus 100 tahunan yang harus diwaspadai.
"Ilmuwan mengatakan itu siklus 100 tahunan, tapi belum tentu pas 100 tahun. Belum ada yang tahu kapan itu terjadi, tapi harus diwaspadai bersama," tandasnya.
Kabupaten Tulungagung sendiri memiliki garis pantai dengan bentang sepanjang kurang-lebih 64 kilometer. Ada sekitar 14 titik pantai yang sudah teridentifikasi, enam di antaranya merupakan pantai yang terdapat hunian (pemukiman).
Baca Juga: Sinyal Kuat Jenderal Andika Perkasa Jadi Menteri- Panglima TNI, Usai Kunjungan Mensesneg
Baca Juga: Bunga Pepaya Bisa Mencegah Stroke, Resep dr. Zaidul Akbar
Enam pantai berpenghuni itu adalah Pantai Sine, Sidem dan Klathak, Molang, Popoh, dan Pantai Gemah. Itu pantai-pantai yang banyak penduduknya," kata Bupati Tulungagung Maryoto Birowo. ***