viral

Terima Bendera Ahlussunnah wal Jama'ah dari Rasullullah, Dahlan Klaim Dirinya Sebagai Imam Akhir Zaman!

Senin, 25 Agustus 2025 | 17:43 WIB
Terima Bendera Ahlussunnah wal Jama'ah Dari Rasullullah, Dahlan Klaim Dirinya Sebagai Imam Akhir Zaman (Foto: Istimewa)

iNSulteng - Sebuah kisah spiritual mengemuka dari Desa Molores, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Seorang pria bernama Lalu Dahlan disebut-sebut mengaku menerima Bendera Ahlussunnah wal Jama'ah langsung dari Rasulullah SAW di Padang Arafah sebagaimana dituturkan sumber yang mengenal dekat dirinya. 

Peristiwa tersebut diyakini Dahlan terjadi pada tahun 2019 dalam sebuah pengalaman ruhani yang disebutnya sebagai amanah besar untuk menjaga ajaran Islam.

Dalam penuturannya, sebagaimana disampaikan sumber, Senin 25 Agustus 2025, Dahlan menggambarkan peristiwa itu dengan detail. 

Baca Juga: Mengaku Imam Mahdi? Warga Morowali Beri Dana Rp. 3,5 Miliyar, Buya Ar-Razi Angkat Bicara!

Baca Juga: Wali Kota Palu Bersama Wakil Wali Kota Hadiri Musda XI DPD Partai Golkar, Bahlil Lahadalia: Jangan Salah Arti Musda

“Sekitar tahun 2019 saya dipingsankan oleh Allah SWT, kemudian dipertemukan dengan Malaikat Jibril AS. Selanjutnya saya bertemu di Padang Arafah dengan Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan seluruh wali-wali Allah,” ujar Dahlan sebagaimana dituturkan sumber.

“Saat saya datang dari timur, Rasulullah dari barat. Rasulullah bertanya: ‘Saya dari mana?’ Saya tidak menjawab. ‘Engkau darimana?’ Saya tetap diam. Rasulullah bersabda: ‘Engkau dari saya.’ Setelah itu, bendera Ahlus Sunnah wal Jamaah berpindah ke tangan saya,” lanjutnya menurut penuturan sumber.

Sumber tersebut menambahkan bahwa Dahlan meyakini pengalaman itu sebagai titik balik spiritual dalam kehidupannya.

Perspektif Islam tentang Klaim Spiritual

Kisah yang disampaikan sumber mengenai pengalaman Dahlan ini mendapat perhatian luas. Dalam tradisi Islam, pengalaman ruhani atau mimpi yang melibatkan Rasulullah SAW memiliki dasar teologis yang diakui. Hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim menegaskan:

“Barang siapa melihatku dalam mimpi, maka ia benar-benar melihatku, karena setan tidak dapat menyerupaiku.”

Meski demikian, para ulama seperti Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa pengalaman semacam itu bersifat personal dan tidak dapat dijadikan legitimasi hukum syariat atau klaim kepemimpinan agama. Literatur tasawuf juga menegaskan pentingnya pemahaman mendalam agar pengalaman spiritual tidak disalahartikan.

Dampak Sosial dan Sikap Kehati-hatian

Pernyataan Dahlan, sebagaimana dituturkan sumber, memunculkan beragam reaksi di tengah masyarakat. Seorang dosen di Kota Palu menilai pentingnya pendekatan ilmiah terhadap fenomena seperti ini.

Halaman:

Tags

Terkini