Sebagai pemeluk agama Islam tentunya puasa di bulan Suci Ramadhan merupakan suatu bentuk ketaatan terhadap Tuhan yang diajarkan oleh kepercayaan masing-masing.
Namun, dilansir dari laman PsychCentral, ternyata Puasa tak hanya berguna dalam hal keimanan seseorang saja. Menurut para ahli di bidang medis dan psikologi, puasa ternyata juga memiliki manfaat bagi kesehatan fisik dan mental seseorang seperti Depresi.
Berdasarkan jurnal yang dipublikasikan oleh PubMed pada tahun 2001, dikemukakan bahwa seseorang yang tengah menjalani puasa memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah.
Kendati demikian, di sisi lain, pada penelitian lain ditemukan data bahwa seseorang yang sedang berpuasa menampakkan perilaku mudah terluka secara emosional yang uniknya juga sekaligus memunculkan kontrol diri yang baik untuk mengatasi hal tersebut.
Jadi, bagaimanakah sebenarnya fakta ilmiah tentang hubungan puasa dan depresi ini? Simak bersama iNSulteng.id!
Hubungan Kadar Glukosa dan Mood
Kadar glukosa dalam darah dan otak yang rendah faktanya berhubungan erat dengan suasana hati yang buruk. Hal ini dapat memengaruhi seberapa baik anda berpikir atau berkonsentrasi dalam aktivitas sehari-hari.
Seseorang yang berpuasa tentu akan mengalami kekurangan kadar glukosa dalam darah dan otak. Maka itu, mood yang rendah serta rasa lemas, kurang bersemangat dan sulit berkonsentrasi merupakan hal yang wajar terjadi ketika seseorang sedang berpuasa.
Meskipun mood dan energi seseorang ketika berpuasa cenderung mengalami penurunan akibat rendahnya glukosa dalam darah dan otak, namun hal ini ternyata hanya dirasakan ketika seseorang baru memulai puasa pertamanya.
Dilansir dari laman drrosean.com, berpuasa selama 36 jam atau melakukan puasa 48 jam secara berkala dapat meningkatkan sensitivitas insulin, yang berhubungan dengan stabilisasi suasana hati.
Puasa dapat meningkatkan neurogenesis dan meningkatkan fungsi mitokondria, yang dapat memiliki efek antidepresan.
Selain itu, dengan berpuasa, seseorang akan mendapatkan rasa pencapaian setelah menyelesaikan masa puasa dan hal ini dapat memberikan dorongan psikologis kepada penderita depresi.
Risiko Puasa Pada Penderita Depresi
Meski berbagai penelitian telah menyebutkan keterhubungan antara puasa dan perbaikan kondisi psikis seseorang, perlu diingat bahwa puasa juga akan mengubah pH lambung dan metabolisme hati.
Untuk penderita depresi yang berada di bawah pengawasan ahli psikiatri dan mengonsumsi antidepresan atau antipsikotik, maka terdapat beberapa efek samping puasa yang wajib diwaspadai.
Berkonsultasi pada dokter spesialis yang menangani kondisi anda adalah hal yang sangat disarankan ketika anda memilih untuk berpuasa, baik itu puasa keagamaan ataupun puasa untuk kesehatan seperti intermittent fasting atau puasa lainnya. ***
Penulis: Ratnaniar Setyawati