iNSulteng - Beberapa kelompok pendukung Presiden AD Donald Trump yang berkembang pesat di Facebook telah dihapus pada Kamis 5 November 2020 lantaran mengirim retorika kekerasan dan klaim tidak berdasar bahwa Demokrat mencuri suara.
Pada Kamis sore, grup “Stop the Steal”, yang menyerukan “bantuan untuk melindungi integritas suara,” bertambah 1.000 anggota baru setiap 10 detik dan telah berkembang menjadi 365.000 anggota dalam satu hari.
Baca Juga: Ayo Segera Cek Rekeningmu Disini, BLT BPJS Ketenagakerjaaan Gelombang 2 Cair Pekan Ini
"Kelompok itu diorganisir seputar delegitimasi proses pemilihan, dan kami melihat seruan yang mengkhawatirkan adanya kekerasan dari beberapa anggota kelompok," kata seorang juru bicara Facebook dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters, Jumat 6 November 2020.
Dia mengatakan langkah itu sejalan dengan "tindakan luar biasa" yang diambil Facebook selama "periode ketegangan yang meningkat ini."
Baca Juga: Tinggal Hitung Hari Siap-siap Saldo Rekening Anda Bertambah, BLT BPJS Ketenagakerjaan Gelombang 2
Pendukung kelompok tersebut mengkritik penutupan tersebut, mengatakan bahwa mereka mengorganisir protes damai, bahwa mereka telah bekerja keras untuk mengawasi komentar tersebut, dan bahwa Facebook tidak memberikan peringatan pada saat itu.
Chris Barron, juru bicara kelompok itu, mengatakan lawan politik mereka juga menyuarakan keprihatinan atas pemilihan yang dicuri dan mengorganisir protes tetapi tidak menghadapi masalah yang sama.
Baca Juga: Kabar Gembira Untuk UKM, Kemendag Siapkan Dana Rp16 M untuk Pembiayaan Ekspor
"Jika Facebook ingin menjadi penengah kebenaran, maka banyak pekerjaan yang harus mereka lakukan," kata Barron. Dalam kasus apa pun, “pemilu sudah berakhir, jadi tidak ada disinformasi pemilu yang harus dibagikan.”
Sebuah tinjauan terhadap sejumlah kecil komentar yang dikirimkan ke grup sebelum penghapusannya tidak menemukan seruan langsung atas kekerasan, akan tetapi premis yang dikelolanya - bahwa suara Republik sedang "dibatalkan" oleh Demokrat - tidak memiliki dasar pada fakta di lapangan. Selama berbulan-bulan, Trump dan sekutu Republik telah meletakkan dasar-dasar untuk meragukan integritas pemilu AS jika presiden kalah dalam pemilihan ulangnya.
Baca Juga: Jadwal Acara TV One Hari Ini 6 November 2020 Ada E-Talkshow, Apa Kabar Indonesia, dan UFC Seru
Ketika pemilu kembali menunjukkan gambaran yang cerah bagi penantang Trump dari Partai Demokrat, Joe Biden, dan ketika penyiar AS dan outlet media utama lainnya terus menepis klaim kemenangan Trump yang terlalu dini, presiden dan pendukungnya menggunakan media sosial untuk mencoba mengubah narasi, berupa melayangkan teori konspirasi menggunakan tagar #StopTheSteal.***