iNSulteng - Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus, yang diperingati 40 hari setelah Paskah, bukanlah sebuah penetapan yang tiba-tiba muncul.
Perayaannya berkembang secara bertahap dari tradisi-tradisi awal jemaat Kristen hingga akhirnya menjadi bagian resmi dari kalender liturgi gereja.
Bukti-bukti awal perayaan Kenaikan dapat ditelusuri hingga abad ke-2 Masehi.
Baca Juga: Lebih dari Sekadar Seram! Ini Alasan Mengapa Film Horor Indonesia Selalu Laris Manis
Baca Juga: SNBT 2025: Ribuan Calon Mahasiswa Berebut Kursi PTN, Simak Tips Sukses Daftar Ulang!
Meskipun tidak ada referensi eksplisit dalam Injil tentang tanggal pasti Kenaikan, jemaat-jemaat awal telah merayakan peristiwa ini.
Penulis-penulis Gereja perdana seperti Ignatius dari Antiokhia dan Irenaeus dari Lyon telah menyebut tentang Kenaikan dalam tulisan-tulisan mereka, menunjukkan bahwa peristiwa ini telah menjadi bagian penting dari iman Kristen sejak awal.
Namun, penetapan tanggal pasti untuk perayaan Kenaikan bukanlah sebuah proses yang cepat dan seragam di seluruh gereja.
Berbagai tradisi lokal berkembang, dengan beberapa gereja merayakannya bersamaan dengan Pentakosta, sementara yang lain merayakannya secara terpisah.
Perkembangan kalender liturgi gereja sepanjang abad pertengahan turut mempengaruhi perayaan Kenaikan.
Gereja di berbagai wilayah mulai menyatukan tradisi mereka, dan pada akhirnya, Kenaikan Yesus Kristus diakui secara luas sebagai sebuah hari raya yang penting.
Proses penetapan Hari Raya Kenaikan sebagai hari libur resmi di berbagai negara berbeda-beda, tergantung pada konteks sejarah dan politik masing-masing negara.
Namun, pada umumnya, penetapan ini terjadi setelah kristenisasi di suatu wilayah dan beriringan dengan perkembangan peraturan gereja dan negara.***