Pada akhirnya sabdoalon memilih untuk moksa dan kembali ke dimensinya yang tak terlihat namun ada, akan tetapi sebelum moksa sabdopalon membuat sebuah perjanjian yang menyatakan bahwa 500 tahun setelahnya dirinya akan kembali ke Jawa untuk membangkitkan ajaran Budi karena hanya dengan kebangkitan ajaran Budi di Jawa Nusantara akan dapat mencapai kemakmurannya kembali.
Banyak yang mengartikan bahwa ajaran Budi yang disebutkan oleh sabdo palon adalah agama Buddha dan Hindu yang memang pernah mendominasi nusantara di masa lalu.
Namun ajaran Budi pada sejatinya adalah karakter asli masyarakat Jawa yang selalu menghargai nilai-nilai budaya serta keaslian jati diri mereka.
Lalu apa kaitannya dengan rencana pemindahan Ibukota, mungkin sebelum sabdo palon memenuhi janjinya untuk menghidupkan kembali ajaran Budi dan mengembalikan ke nusantara ibukota dan penduduknya tidak akan dapat berpindah dari Pulau Jawa.
3. Pulau Jawa Titik Pusat Nusantara
Alasan terakhir yang menjadikan pemindahan ibukota dari Pulau Jawa menjadi tantangan adalah karena Jawa dianggap sebagai Pancer atau titik pusat dari nusantara.
Dari sudut pandang geografis peta Indonesia pulau Jawa Berada di posisi tengah, hal ini sering dihubungkan dengan konsep Jawa sebagai Pancer atau inti dari nusantara yang menyatkan bahwa Jawa merupakan esensi dari Indonesia. Pandangan ini juga berpengaruh pada kepercayaan bahwa presiden akan selalu berasal dari etnis Jawa.
Konsep Pancer di sini juga dapat disandingkan dengan ajaran Jawa mengenai sedulur papat limo pancer di mana pancer menggambarkan diri seseorang yang sejati yang tidak dipengaruhi oleh sedulur papat atau nafsu duniawi lainnya, dan ketika seseorang telah mengenali pancernya maka bisa dibilang bahwa dirinya telah mencapai tingkat tertinggi dalam perjalanan spiritual.
Karena dengan menemukan Pancer seseorang juga akan menemukan sinar keilahian yang bersemayam di dalam dirinya.
Pulau Jawa yang dianggap sebagai Pancer Nusantara ternyata juga tidak hanya karena letaknya yang di tengah tetapi juga karena alasan lain yaitu tentang Syekh Subakir dan sabdo palon di Gunung Tidar. Dimana Syekh Subakir pada waktu itu ingin menumbal tanah Jawa dengan menancapkan tombak Kiai panjang.
Meskipun kini tombak yang ditancapkan oleh SY Subakir sudah tidak ada lagi namun energinya masih terasa bahkan lokasi di mana tombak itu pernah ditancapkan sekarang ini menjadi pusat energi yang mempertemukan energi langit dan bumi.
Begitu juga dengan ibu kota Jakarta yang secara energi juga telah dipancer dengan simbol Tugu Monas, akibatnya pemindahan ibu kota tidak akan pernah menjadi hal yang mudah proses pemindahan Pancer tidak bisa disamakan dengan proses pindah rumah karena memerlukan upacara yang lebih kompleks dari sekedar tumpengan dan selamatan.
Mengganggu Pancer merupakan Rum karenit dengan kekuatan GB yang sel ini melungi Nusantara bahkan jika dilakanara Semarangan dan tidak berhati-hatiru malah akan membawa akibat yang sangat destruk baik itu secara fisik dan juga metafisik.