Karena apa Karena proses ini tidak hanya memerlukan penggabungan kearifan lokal saja tetapi juga membutuhkan seorang pemimpin yang mengedepankan rasa dan hati pemimpin yang selalu mengutamakan kemanusiaan yang adil dan beradab karena pemimpin yang demikian adalah pemimpin yang didukung oleh para leluhur.
Berikut ini adalah beberapa faktor metafisika dan spiritual yang menjadi alasan mengapa pemindahan ibu kota dari Jawa ke Kalimantan akan sangat sulit dilakukan.
1. Adanya Garis Energi Bumi yang Sangat Kuno di Pulau Jawa
Energi bumi adalah jalur energi alami yang keberadaannya telah ada sejak awal dari penciptaan planet ini.
Fungsinya adalah untuk mengalirkan energi murni dari dalam bumi jalur-jalur ini bisa dikatakan serupa dengan kabel listrik yang menghubungkan lokasi-lokasi sakral di seluruh dunia.
Pulau Jawa yang kerap dianggap sebagai inti dari kebudayaan nusantara juga dilintasi oleh garis energi bumi ini, hal itu karena candi borobudu yang terletak di Magelang Jawa Tengah secara spiritual dianggap sebagai mercusuar yang menjadi pusat dari garis energi tersebut.
Bagi mereka yang sensitif atau berkemampuan khusus pasti tahu jika di puncak Candi Borobudur terdapat emisi energi yang terpancar ke langit sehingga dikhawatirkan pemindahan ibu kota dapat mengganggu keseimbangan garis energi bumi ini.
Karena jika garis tersebut sampai terganggu atau bahkan putus akan memicu ketidakharmonisan dalam keseimbangan kosmik dan merusak energi spiritual alam semesta.
Baca Juga: Suzuki Fronx 2025: Cocok Untuk Kamu Yang Mau Bikin Usaha Rental, Mesin Hybrid Makin Irit!
Dan ketika terjadi ketidakseimbangan dalam alam semesta konsekuensinya bisa sangat merugikan yaitu bisa berupa bencana alam, konflik bersenjata, hingga erosi dari nilai-nilai moralitas manusia.
2. Sumpah Sabdo Palon
Alasan kedua yang membuat pemindahan ibu kota dari Pulau Jawa menjadi sulit adalah karena sumpah atau janji Sabdo Palon yang belum sepenuhnya terpenuhi.
Legenda Nusantara menyebutkan bahwa kisah Sabdo Palon nagih janji dimulai ketika dirinya merasa kecewa kepada Prabu Brawijaya kelima yang pada saat itu lebih memilih untuk berpindah agama ke Islam dengan bantuan Sunan Kalijaga.