iNSulteng - Pengamat politik, Rocky Gerung membeberkan sejumlah fakta yang dianggap jadi sinyal pencurian keuntungan dari bisnis PCR milik Menko Marves, Luhut Pandjaitan.
Beberapa fakta mulai terungkap setelah Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengakui tentang PT GSI.
Namun Luhut mengaku jika ia tidak mengambil keuntungan dari bisnis alat tes Covid-19 itu. Justru ditujukan untuk charity.
Baca Juga: Bupati Tantang DPRD Soal Buol Tuan Rumah Porprov Sulteng 2022
Baca Juga: Download Minecraft 1.18 Versi Terbaru 2021, Ini 5 Bangunan Kreatif Jadi Referensi Membangun
Tak hanya Luhut, Menteri BUMN Erick Thohir juga diduga melakukan bisnis tes PCR. Sayangnya, ia tidak mengakui tudingan tersebut.
Rocky Gerung menilai dibalik bisnis PCR itu ada penyelewengan, penyimpangan, dan pencurian.
Hal itu didukung tentang harga tes PCR yang menurun drastis sejak adanya pandemi Covid-19 hingga saat ini.
Baca Juga: Beredar Vidio Gubernur NTT Terlibat Debat Panas Dengan Warga di Sumba
Awalnya harga tes PCR dibanderol sekira Rp1,5 sampai 2,5 juta, kini turun menjadi Rp300 ribu untuk satu kali tes.
Dari harga itu, Rocky Gerung mengatakan harga yang dibanderol hingga saat ini sangat jauh beda.
"Jarak harganya jauh sekali. 'Kan rasional ekonomi ya begitu. Jadi dengan mudah orang anggap ini adalah curi-mencuri, tinggal soal membuktikan jumlahnya berapa dan ke arah mana aliran itu menggunung," ujarnya.
Baca Juga: Jokowi Harusnya Paham Omnibus Law 'Gagal Produk'
Selain itu, dibuatnya perusahaan baru di tengah banyaknya perusahaan farmasi milik BUMN juga jadi pertanyaan besar.