iNSulteng - Dalam dunia otomotif modern, kenyamanan berkendara dengan transmisi otomatis semakin diminati. Namun, tidak semua transmisi otomatis diciptakan sama.
Ada berbagai jenis, mulai dari Dual Clutch Transmission (DCT), Automated Manual Transmission (AMT), hingga yang paling umum dijumpai pada mobil harian Automatic Transmission (AT) konvensional dengan torque converter dan Continuously Variable Transmission (CVT).
Masing-masing memiliki karakteristik unik yang memengaruhi pengalaman berkendara, efisiensi, dan biaya perawatan. Mari kita bedah perbedaannya.
Baca Juga: Transisi Energi PLN di RUPTL 2025-2034: Janji Hijau yang Masih Menunggu Waktu
Baca Juga: Memahami Perbedaan Transmisi CVT dan Manual: Pilihan Terbaik untuk Kendaraan Anda!
1. Automatic Transmission (AT) Konvensional
Transmisi otomatis konvensional, yang sering disebut juga AT biasa atau AT dengan torque converter, telah lama menjadi standar dalam industri otomotif. Sistem ini menggunakan serangkaian roda gigi dan torque converter untuk memindahkan tenaga dari mesin ke roda.
Kelebihan AT Konvensional:
- Responsivitas Lebih Baik: Salah satu keunggulan utama AT adalah responsivitasnya yang lebih sigap, terutama saat membutuhkan akselerasi mendadak atau "nyalip" di jalan. Tarikan terasa lebih "berisi" dan langsung.
- Performa di Tanjakan: AT cenderung lebih andal di medan menanjak. Saat lepas rem di tanjakan, mobil dengan AT tidak mudah mundur, memberikan rasa aman lebih bagi pengemudi.
- Biaya Perbaikan Relatif Terjangkau: Meskipun kompleks, biaya perbaikan AT konvensional, yang melibatkan komponen seperti body valve, sarang tawon, dan kampas kopling, seringkali tidak semahal perbaikan total CVT.
- Volume Oli Lebih Banyak: Umumnya membutuhkan oli transmisi antara 7 hingga 12 liter, tergantung jenis dan ukuran transmisinya.
Kekurangan AT Konvensional:
- Perpindahan Gigi Terasa: Meskipun otomatis, perpindahan gigi pada AT masih bisa dirasakan, terkadang dengan sedikit hentakan, terutama saat akselerasi atau deselerasi.