iNSulteng - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa musim kemarau pada tahun 2025 akan berlangsung lebih kering dibanding tahun sebelumnya.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh fenomena El Nino yang masih aktif, meskipun intensitasnya mulai melemah.
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, data klimatologi menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah di Indonesia bagian selatan seperti Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, hingga sebagian Kalimantan Tengah dan Selatan akan mengalami curah hujan di bawah normal.
Baca Juga: Kemenag Resmi Luncurkan Aplikasi Satu Haji Untuk Kemudahan Beribadah, Ini Fitur dan Layanannya!
Ia menambahkan bahwa fase transisi menuju kemarau sudah mulai terasa sejak Mei, dan akan mencapai puncaknya pada Juli hingga Agustus 2025.
BMKG juga menyoroti potensi peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah daerah rawan.
Pemerintah daerah diminta untuk menyiapkan langkah antisipatif, termasuk mengedukasi masyarakat mengenai larangan membakar lahan secara sembarangan.
Sebagai bentuk mitigasi, BMKG akan memperkuat sistem peringatan dini dan bekerja sama dengan lembaga seperti BNPB dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk memantau titik-titik panas.
Masyarakat juga diimbau untuk menghemat penggunaan air bersih dan menyesuaikan pola tanam pertanian dengan prakiraan iklim.
Pemerintah pusat menyatakan akan menyalurkan bantuan jika kekeringan berdampak pada ketahanan pangan dan akses air bersih di daerah terdampak.***